Kapal Angkutan Sapi; Sekali Berlayar, Sudah itu Istirahat Panjang

Sudah lebih dari sebulan pemerintah mengoperasikan kapal angkutan ternak untuk memboyong sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) ke Jakarta. Namun, sayangnya kapal angkut bernama KM Camara Nusantara ini belum member dampak signifikan. Sejak beroperasi 11 Desember 2015, kapal ini baru mengangkut 353 ekor sapi asal NTT.

Alih-alih berperan memenuhi kebutuhan daging sapi di Jakarta dan sekitarnya, kapal ini sudah dua kali berlayar Jakarta-Kupang (NTT) sejak pengangkutan perdana dan selalu pulang dalam keadaaan kosong alias gagal membawa sapi yang diharapkan.

Salah satu penyebab KM Camara Nusantara pulang ke Jakarta dengan tangan hampa karena ketidakcocokan harga sapi antara Kementerian Pertanian (Kemtan) dengan pedagang sapi asal NTT. Beni Subagiyo, Direktur Utama Pusat Koperasi Unit Desa (Puskud) NTT mengatakan, sampai saat ini, pedagang sapi dari NTT belum bersedia menjual ternaknya ke Jakarta. Hal itu terjadi karena perbedaan harga antara yang dipatok pemerintah dan yang diminta para pengusaha.

Para pengusaha sapi NTT meminta agar harga sapi sebesar Rp 34.000 per kilogram (kg) timbang hidup di karantina dan Rp 41.000-Rp 42.000 per kg timbang hidup sampai di Jakarta. “Pertimbangan kami, harga sapi di tingkat petani saja sudah sampai Rp 30.000 per kg,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (20/1).

Sementara biaya agkutan dari petani ke karantina rata-rata Rp 2.000 per kg-Rp 3.000 per kg. Dan keuntungan yang didapatkan pedagang sekitar Rp 1.000-Rp 2.000 per kg. Namun, apabila harga timbang di karantina di bawah Rp 34.000 dan di Jakarta di bawah Rp 41.000, pengusaha tidak mendapatkan keuntungan.

Kendati begitu, pemerintah mematok harga murah yakni sebesar Rp 31.000-Rp 32.000 per kg di karantina dan Rp 35.000 per kg sampai di Jakarta. Dengan harga tawaran itu, pengusaha sapi memilih tidak menjual sapi ke pemerintah.

Fazri Sentosa, Direktur Komersial Perum Bulog mengaku tidak mengalami kesulitan saat menjual sapi asal NTT tahap pertama tersebut. Kendati begitu, ia mengakui sampai saat ini belum mendapat permintaan dari Kemtan untuk membeli sapi dari NTT yang diangkut melalui kapal ternak tersebut.

Sarman Simanjorang, Ketua Komite Daging Sapi DKI Jakarta melihat bahwa kapal ternak tidak mampu mengatasi masalah kebutuhan daging sapi di Jakarta. Pasalnya, meskipun NTT memiliki populasi ternak sapi yang cukup besar, sapi tersebut mayoritas dimiliki masyarakat, bukan industri. “Jadi, stok sapi yang diangkut tidak selalu tersedia setiap saat,” tuturnya.

Faktor lain yang membuat sulitnya menarik sapi dari NTT ke Jakarta adalah karena lokasi keberadaan ternak sapi ini menyebar di seluruh NTT yang memilki geografis kepulauan sehingga cukup menyulitkan untuk membawa ke atas kapal ternak.

Namun Marina Ratna Dwi Kusumajati, Direktur Utama PD Dharma Jaya menyebut tak efektifnya keberadaan kapal ternak disebabkan karena Kemtan enggan membuka kesempatan perusahaan lain, selain Perum Bulog, untuk menggunakan kapal ternak tersebut. “Kami ingin menggunakan kapal angkut ini tapi belum ada kesempatan, padahal kami lebih berpengalaman ketimbang Bulog,” tuturnya.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar