Makin Terlihat Lemah

IHSG masih bergerak melemah. Bahkan, indeks saham ini sempat merosot hingga menembus ke bawah level 4.700. Belum ada katalis positif yang bisa mengembalikan kekuatan IHSG. Kondisi dalam negeri juga masih melemahkan IHSG.

Tekanan yang dirasakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin kuat. Setelah sempat menembus level 4.900 sebulan silam, kini indeks saham malah bisa terjerembab ke bawah level 4.600.

Pada perdagangan Kamis (19/5) lalu, IHSG ditutup melemah di 4.704,22. Indeks saham bahkan sempat merosot hingga mencapai 4.691,57. Indeks saham dalam negeri terus cenderung bergerak melemah selama sekitar empat pekan terakhir.

Investor asing pun terlihat lebih doyan melakukan aksi jual sejak pekan terakhir April. Selama bulan Mei ini, investor asing sudah membukukan jual bersih sebesar Rp 2,46 triliun.

Krishna Dwi Setiawan, Equity Capital Market Services Lautandhana Securindo, menilai, penurunan IHSG masih bisa berlanjut. “Pertengahan April indeks tertinggi di 4.920, setelah itu turun terus,” kata dia.

Suria Dharma, Kepala Riset Buana Capital, juga berpendapat sama. “Penurunan lebih disebabkan ketidakpastian soal kenaikan suku bunga The Fed,” kata Suria.

Pelaku pasar kembali mewaspadai kemungkinan kenaikan Fed fund rate pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) bulan depan setelah bank sentral AS merilis notulen rapat April lalu. Notulen tersebut mengungkapkan para petinggi The Federal Reserve menilai kenaikan suku bunga bisa dilakukan jika ekonomi terus membaik.

Informasi tersebut membuat dollar Amerika Serikat kembali menguat. Kepala Riset Daewoo Securities Indonesia Taye Shim dalam risetnya menyebut, potensi kenaikan suku bunga AS cukup besar. Dollar AS juga berpotensi terus menguat.

Ada dua penyebab. Pertama, angka tingkat pengangguran dan inflasi di AS sudah mendekati target jangka panjang The Fed. Pekan lalu, pemerintah AS mengumumkan tingkat inflasi April mencapai 0,4%, naik dari 0,1% di Maret. Sementara klaim pengangguran di pekan kedua Mei turun dari 294.000 di pekan sebelumnya menjadi cuma 278.000 klaim. Tingkat pengangguran di AS juga sudah mencapai 5% di April lalu. Kedua, kondisi pasar global sudah tampak kembali normal.

Selain itu, data-data ekonomi dalam negeri juga kurang memuaskan. Kinerja emiten di kuartal satu lalu masih tumbuh, namun kurang memuaskan. Menurut hitungan Taye, emiten LQ45 cuma mencetak pertumbuhan laba rata-rata 1,5%. Dus, pelaku pasar masih menunggu sinyal kinerja emiten masih bisa tumbuh. “Tekanan di sektor perbankan juga cukup tinggi terutama saham BUMN,” ungkap Suria.

Tekanan ini muncul dari laporan keuangan Bank Mandiri soal kredit macet yang kurang memuaskan sehingga membuat saham perbankan lainnya ikut turun. Kinerja emiten yang standar inilah yang antara lain membuat investor asing cabut, selain faktor pembayaran dividen ke pemegang saham.

Masih melemah

Tekanan IHSG semakin dalam lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sesuai harapan. Di kuartal satu lalu, ekonomi Indonesia cuma tumbuh 4,92% dibanding tahun sebelumnya. Padahal, banyak pengamat memprediksi ekonomi Indonesia bakal tumbuh 5,1% di kuartal satu. Pasar juga merespon negatif lamanya proses penerapan tax amnesty.

Sudah begitu, Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden yang meminta kementerian dan lembaga pemerintahan memangkas anggaran. Dari langkah ini, pemerintah menargetkan bisa menghemat anggaran sekitar Rp 50,02 triliun. “Faktor pemangkasan anggaran belanja pemerintah ini dikhawatirkan akan mengganggu saham-saham infrastruktur dan konstruksi,” ungkap Krishna.

Pemerintah antara lain memangkas anggaran di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebesar Rp 8,5 triliun, atau sekitar 8,2%. Pemerintah juga memangkas bujet Kementerian Transportasi Rp 3,8 triliun, atau sekitar 7,7%. Kedua kementerian ini punya peran besar dalam rencana pengembangan infrastruktur.

Keputusan Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga juga jadi sentiment negative. Taye melihat, rencana BI mengganti suku bunga acuan juga membuat ekspektasi pelaku pasar turun. Di saat yang sama, ekspektasi pelaku pasar pada The Fed naik seiring rencana kenaikan suku bunga.

Krishna memprediksi IHSG berpotensi turun hingga mencapai level 4.625 dulu sebelum kembali menguat. Ia melihat IHSG akan bergerak di kisaran 4.625-4.760 di semester satu ini. “Jika kondisi mendukung, IHSG akan rebound,” kata Krishna.

Taye juga masih mempertahankan target IHSG di akhir tahun, yakni di 4.613 untuk proyeksi konservatif hingga 5.353 untuk proyeksi agresif. Menurut Taye, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada dalam jalur yang tepat. Ini akan menjadi sentiment positif bagi IHSG.

Sedang Suria memprediksi di akhir Juni IHSG akan berada pada level 4.650-4.800. kita tunggu saja.

Sumber: Tabloid Kontan 23 Mei – 29 Mei 2016

Penulis : Fransisca Bertha, Herry Prasetyo, Lamgiat Siringoringo

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar