Siapa Mau Membiayai Proyek Infrastruktur

Anda yang terbiasa berinvestasi lewat koleksi surat utang, khususnya obligasi korporasi, barnagkali cukup bosan dengan penawaran obligasi dari perusahaan pembiayaan. Maklum, surat utang yang diterbitkan perusahaan pembiayaan memang masih mendominasi pasar obligasi korporasi di Indonesia. Bagi perusahaan pembiayaan, penerbitan obligasi memang menjadi salah satu andalan untuk mendulang “modal” berbisnis.

Nah kini, satu lagi perusahaan pembiyaan yang hendak meramikan penerbitan obligasi di pertengahan tahun ini. Ia adalah PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF). Meski bergerak di bidang pembiayaan, IIF berbeda dari perusahaan pembiayaan lain. Sesuai namanya, IIF fokus menyalurkan pembiayaan untuk proyek pembangunan infrastruktur.

Sebagaimana mandat yang diberikan pemerintah, Presiden Direktur IIF Arisudono Soerono, mengatakan, kini IIF tengah membidik pembiayaan delapan sektor infrastruktur; yaitu sektor transportasi, jalan, pengairan, air minum, air limbah, telekomunikasi dan informatika, ketenagalistrikan, serta sektor minyak dan gas (migas).

Sepanjang 2015 lalu, IIF telah meneken 10 kesepakatan pembiayaan baru dengan total nilai komitmen pembiayaan sebesar Rp 5,6 triliun. Dari total nilai komitmen tersebut, IIF telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 4,2 triliun. Proyek yang telah memperoleh pembiayaan dari IIF adalah pelunasan Bandara Internasional Soekarno Hatta, pembangunan pipa gas di Sumatra Selatan, dan pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan.

Arisudono mengatakan, IIF memiliki portofolio yang beragam dan mencakup hampir 20 proyek. Pembiayaan paling besar mengalir ke sektor pembangkit listrik dengan porsi 33%. Sedangkan porsi pembiayaan untuk sektor telekomunikasi sebesar 25%.

Tahun ini, IIF menargetkan meraih komitmen pembiayaan baru sebesar Rp 4 triliun. Direktur IIF Harold Tjiptadjaja mengatakan, target komitmen pembiayaan hingga akhir tahun senilai Rp 9 triliun- Rp 10 triliun. Dari target tersebut, komitmen pembiayaan yang sudah masuk hingga kini sekitar Rp 6 triliun- Rp 7 triliun. “Yang mau cair sebesar Rp 2 triliun,” ujar Harold.

Demi memuluskan ekspansi pembiayaan infrastruktur ke depan, IIF terus berupaya menggali sumber pendanaan baru. Tahun lalu, IIF telah mencairkan pinjaman subordinasi dari Bank Dunia sebesar US$ 2,7 juta. IIF juga memperoleh fasilitasi pinjaman dari Bank Mandiri senilai Rp 1 triliun.

Sebagai alternatif pendanaan, untuk pertama kali IIF menggelar penawaran umum obligasi. Harold bilang, penerbitan obligasi merupakan strategi jangka panjang untuk mencari berbagai sumber pendanaan secara umum. “Kebetulan yield surat utang sedang bagus,” kata Harold.

Risiko minim

IIF menargetkan meraup dana segar sebesar Rp 2 triliun dari penerbitan obligasi pendanaan ini. Dana tersebut akan digunakan untuk kegiatan pembiayaan infrastruktur.

IIF memecah penerbitan obligasi ke dalam tiga seri. Seri A dengan tenor tiga tahun menawarkan kupon 8%-8,25%. Seri B bertenor lima tahun, memberikan kupon 8,45%- 8,7%. Sedangkan seri C dengan tenor 7 tahun menjanjikan kupon 8,65%-9%. Penawaran umum akan digelar pada 1 Juli- 14 Juli 2016.

Baik PT Pemeringkat Indonesia (Pefindo) maupun PT Fitch Rattings Indonesia mengganjar obligasi terbitan IIF dengan rating AAA. Ada sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan. Salah satunya adalah dukungan kuat dari pemegang saham.

Seperti diketahui, pemegang saham IIF adalah perusahaan BUMN PT Sarana Multi Infrastruktur dengan kepemilikian 30%. Pemegang saham lainnya adalah Asian Development Bank (ADB) dan International Finane Corporation (IFC) dengan kepemilikan masing-masing  19,99%. Pemegang saham lainnya adalah Deutsche Investititons-und Entwicklungsgesellschaft dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation.

Faktor lainnya, IIF memiliki peran penting dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Selain itu IIF memiliki profil permodalan yang sangat kuat dengan indikator kualitas aset yang kuat.

Meski tergolong perusahaan pembiayaan, analisis menilai, IIF tidak bisa disamakan dengan perusahaan pembiayaan lain yang ada di pasar surat utang. Sebab, IIF menyalurkan perusahaan pembiayaan untuk proyek infrastruktur yang didukung pemerintah. Jadi, risiko perusahaan lebih minim dibanding perusahaan pembiayaan lain.

Secara fundamental, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Manager Anil Kumar, menilai, kinerja IIF tergolong bagus tanpa adanya pembiayaan bermasalah. Sebagai perusahaan pembiayaan, rasio solvabilitas IIF juga oke dengan rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equtiy ratio (DER) sebesar 1,49 kali.

Meski begitu, dengan rating AAA, valuasi kupon yang IIF tawarkan tergolong mahal. Namun demikian, menurut Anil, ini tergolong wajar karena IIF didukung oleh pemegang saham yang kuat dengan risiko gagal bayar (default risk) yang sangat kecil. Selain itu, IIF membiayai proyek yang memperoleh dukungan pemerintah. Sehingga, obligasi yang ditawarkan IIF juga mencerminkan obligasi pemerintah.

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra, mengatakan, premium spread atau selisih kupon obligasi rating AAA bertenor 3 tahun-7 tahun dengan yield surat utang negara (SUN) bertenor sama berkisar 180 basis point-200 basis point. Berdasarkan data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), yield SUN tenor 3 tahun-7 tahun pada Kamis lalu (23/6) berkisar 7,3%-7,5%.

Jika IIF menetapkan kupon di batas kanan, Made menilai, obligasi IIF cukup menarik bagi investor. Apalagi, Bank Indonesia (BI) baru saja kembali memangkas suku bunga acuan. Sehingga, kupon obligasi akan lebih menarik dibandingkan bunga deposito yang berpotensi turun kembali.

Namun, apabila IIF menetapkan kupon di batas kiri, Made menyarankan investor membeli obligasi dengna peringkat sama di pasar sekunder yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi. Obligasi yang diterbitkan BRI, misalnya, masih memberikan yield 8,6% untuk tenor 5 tahun.

Bagi yang mengejar kupon tinggi, Anil menyarankan, investor sebaiknya membeli obligasi lain. Namun, bagi investor yang punya mandat investasi di obligasi dengan risiko minim dan memiliki jaminan kemampuan pembayaran, obligasi IIF bisa jadi salah satu pilihan. “Obligasi IIF oke bagi investor yang mau tidur nyenyak dan pegang hingga jatuh tempo,” ujar Anil.

Mau pilih yang mana?

Sumber: Tabloid Kontan 27 Juni-03 Juli 2016

Penulis: Herry Prasetyo

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , ,

Tinggalkan komentar