
Ekspor tekstil dan pulp kendur, otomotif bisa naik
JAKARTA. Industri manufaktur menjadi sektor industri yang terkena dampak kelesuan ekonomi global. Penurunan aktivitas ekonomi di belahan dunia lain mempengaruhi daya belinya yang berujung penurunan ekspor manufaktur dari Indonesia.
Hariyadi Sukamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bilang, perekonomian global masih mengganjal laju ekspor Indonesia. “Kondisi global belum membaik,” kata Hariyadi kepada KONTAN, Senin (18/7).
Tak hanya di semester pertama saja, tekanan terhadap ekspor berpeluang terjadi di semester kedua tahun ini karena efek Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa. “Kalau ekspor saya tidak begitu yakin ada kenaikan,” ujarnya.
Produk manufaktur yang terancam turun akibat efek keluarnya Inggris dari Uni Eropa itu adalah garmen dan tekstil. “Beberapa item seperti garmen akan turun sedikit sebagai efek psikologis isu British Exit (Brexit). Permintaannya turun tetapi tidak akan banyak,” jelas Hariyadi.
Namun, pelemahan ekspor diproyeksikan akan diisi kenaikan penjualan tekstil di dalam negeri pasca kebijakan tax amnesty alias pengampunan pajak.
Untuk diketahui, paruh pertama 2016, ekspor tekstil naik tipis. BPS mencatat, ekspor pakaian jadi bukan rajutan sepanjang semester satu 2016 mencapai US$ 2,07 miliar, naik 3,68% dibanding tahun lalu dengan ekspor US$ 2 miliar.
Setelah tekstil, ekspor yang terancam kendur di periode kedua tahun ini adalah bubur kertas (pulp). Pada periode pertama 2016, ekspor pulp turun 6%. Liana Bratasida, Executive Director Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) bilang, penurunan ekspor karena pelemahan permintaan global. “Ekonomi global yang lesu ikut mempengaruhi ekspor,” kata Liana.
Selain itu, ada hambatan perdagangan seperti pemberlakuan bea masuk anti dumping di negara tujuan ekspor. “Yang terbaru ada tuduhan dumping dan boikot produk kertas Indonesia,” kata Liana.
Setelah kertas, produk ekspor yang turun paruh pertama tahun 2016 adalah besi dan baja turun 9% di paruh pertama tahun 2016. Merujuk berita KONTAN Senin (18/7), penurunan ekspor terjadi saat harga baja sedang naik.
Warih Andang Tjahjono, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) memperkirakan, tahun ini ekspor otomotif akan naik jika harga minyak dunia membaik. “Terutama ekspor ke Timur Tengah, untuk Fortuner, Innova, dan Vios,” katanya (18/7).
Sumber : Harian Kontan 19 Juli 2016
Penulis : Pamela Sarnia
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar