
Saham pertambangan memberikan return tertinggi, tapi akan kembali stagnan
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih konsisten berada di zona hijau. Sepanjang tahun ini, IHSG sudah memberi return 11,64%, berada di urutan ketiga indeks regional setelah Thailand dan Filipina.
Berdasarkan data statistic Bursa Efek Indonesia per 18 Juli 2016, sektor tambang jadi sektor yang memberikan return tertinggi, yakni 44,7%. Sementara yang tumbuh paling lambat adalah sektor perkebunan dengan 5,7%.
Tapi sektor infrastruktur dan consumer masih jadi penggerak utama. Misalnya, TLKM, UNVR, ASII, GGRM, CPIN DAN ICBP.
Sementara saham tertinggal alias laggard dipegang oleh semen dan beberapa dari pertambangan. Misalnya saja INTP, SMGR, UNTR, dan SUGI.
Analis Recapital Securities Liga Maradona mengatakan, saham sektor semen tengah lesu lantaran penurunan permintaan semen. Namun, sektor ini akan membaik di separuh kedua tahun 2016, karena banyaknya permintaan terkait pembangunan infrastruktur. “Persaingan industry semen cukup ketat. Namun, sektor konstruksi akan mendorong permintaan semen,” ujarnya.
Liga melihat, walaupun di semester I, saham sektor batubara mengalami kenaikan, di semester II malah cenderung stagnan. Karena harganya bergantung harga komoditas makan yang sulit dipastikan kenaikannya.
Kepala Riset NH Koorindo Securities Reza Priyambada menambahkan, sektor yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur, seperti konstruksi dan properti akan menjadi penggerak pasar di sisa tahun ini. Perbaikan daya beli meningkatkan sektor barang konsumsi.
Sentimen tax amnesty
Sentimen dari pengesahan UU tax amnesty pun dilihat akan jadi pengerek beberapa saham sektoral, terutama sektor keuangan yang dimotori perbankan. Siraman dana tax amnesty akan mendorong kinerja sektor ini cukup pesat.
Namun, jika realisasi tax amnesty meleset, aksi profit taking bisa terjadi. Liga pun melihat, penurunan BI Rate baru akan berdampak di kuartal III dan mendorong sektor perbankan.
Di tengah reli IHSG, investor harus menunggu saat baik masuk ke sektor-sektor yang tepat. Bagi investor jangka panjang, Liga menyarankan menunggu indeks terkoreksi 5%-10% guna mengakumulasi beli saham sektoral yang terkerek program pemerintah. “Sebaiknya rebalancing dan slow down dulu,” imbuhnya.
Ia belum menyarankan saham sektor pertambangan meski return masih tinggi. “Sebaiknya yang sudah punya saham pertambangan profit taking dulu,” tambahnya. Sementara, Reza enggan menyarankan saham sektor perbankan, karena belum menarik.
Reza merekomendasikan BBRI, BBNI, BNLI, BDMN, PTBA, ADRO, ITMG, ELSA, PGAS, WSKT, WIKA, ADHI, LPCK, BSDE, BEST, UNVR, ICBP, AISA, dan INAF. Lalu, Liga merekomendasikan JSMR, PGAS, BBNI, BBCA, BBRI, BJBR, BDMN, BSDE, SMRA, dan LPKR.
Sumber : Harian Kontan 20 Juli 2016
Penulis : Narita Indrastiti
http://www.pengampunanpajak.com
Sumber : pengampunanpajak.com
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar