BI : Secara Struktural, Ekonomi Belum Menguat

ff2e5-foriegninvestmentJakarta. Ekonomi Indonesia di kuartal II tercatat mampu tumbuh 5,18%, lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 4,91%. Meski begitu, Bank Indonesia (BI) masih memandang kondisi ekonomi Indonesia saat ini secara structural belum menguat. Sebab itu BI masih mempertahankan prediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sebesar 5,1%.

Prediksi itu lebih rendah dibandingkan target pertumbuhan ekonomi pemerintah tahun ini sebesar 5,2%.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini lebih didorong karena pergeseran masa panen raya padi. Sementara konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi masih belum banyak memberikan dorongan besar.

BI memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2016 mencapai 5,2%. “Belum secara structural ekonomi Indonesia menguat,” kata Agus, usai acara BI-10th International Conference Bulletin of Monetary Economic and Banking, Senin (8/8).

Walau begitu, Agus bilang, secara umum stabilitas ekonomi Indonesia saat ini cukup kuat. Hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mulai meningkat dan inflasi yang diperkirakan di bawah angka 4%. Selain itu, defisit transaksi berjalan membaik dan masuknya aliran modal asing (capital inflow) didukung kebijakan tax amnesty dan keputusan pemangkasan anggaran.

Menurutnya rencana pemangkasan anggaran belanja tahun ini juga tidak akan banyak berimbas ke ekonomi, jika dilakukan terhadap anggaran nonstrategis. Saat ini BI masih mengkaji dampak pemotongan belanja kementerian atau lembaga (K/L) dan transfer ke daerah sebesar Rp 133,8 triliun terhadap pertumbuhan ekonomi.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo bilang, pencapaian pertumbuhan ekonomi 2016 tergantung penyerapan anggaran pemerintah. Perkiraan pertumbuhan ekonomi BI sebesar 5,1%, menurutnya, dengan mepertimbangkan penyerapan anggaran pemerintah sebesar 90% dari target.

Dampak pemangkasan anggaran terhadap pertumbuhan ekonomi juga tergantung penyerapan anggaran tersebut. “Kalau penyerapannya 90%-95% tentu pengaruhnya tidak banyak karena penyerapannya naik,” kata Perry. Menurutnya, selama ini rata-rata realisasi penyerapan anggaran pemerintah antara 80%-85% dari target anggaran.

Banyak risiko

Saat ini Bank Indonesia melihat beberapa sumber ketidakpastian ekonomi global dan domestik yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pertama, adanya ketidakpastian pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang mempengaruhi keputusan kenaikan suku bunga The Fed. Kedua, tanda-tanda pelemahan ekonomi Inggris sebagai dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Ketiga, tren peningkatan harga komoditas masih belum jelas. Keempat, efektivitas penyerapan anggaran APBN-P 2016 pasca pemerintah memangkas penerimaan dan belanja. Kelima, efektivitas kebijakan moneter mendorong pertumbuhan kredit.

Risiko-risiko ini akan menjadi pertimbangan BI dalam melakukan pelonggaran kebijakan meneternya ke depan. Selain risiko, kondisi pasar global dan domestik juga ikut diperhitungkan. Meski ada beberapa risiko, kata Perry, ruang pelonggaran moneter masih terbuka jika melihat indikator stabilitas makroekonomi yang kini terjaga. “Pelonggaran moneter tinggal menunggu waktu tepat,” kata Perry. Pelonggaran moneter ini akan terlihat dalam rapat dewan gubernur (RDG) Agustus ini yang diumumkan pekan depan (19/8).

 

Penulis : Adinda Ade Mustami , Asep Munazat Zatnika

Sumber : Harian Kontan , 09 Agustus 2016

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar