JAKARTA. Di sisa empat bulan terakhir 2016, pemerintah harus memenuhi penerbitan surat berharga negara (SBN) sebsar Rp 100 triliun dari total target penerbitan SBN (bruto) Rp 628 triliun. Dana itu untuk menutup defisit anggaran negara tahun ini.
Penerbitan surat utang tersebut untuk menamung dana tax amnesty yang akan lebih besar lagi. Surat utang yang rencananya akan diterbitkan dalam mata uang rupiah itu bosa berbentuk obligasi ritel. Penarikan utang tersebut telah memperhitungkan nilai defisit anggaran sebesar 2,5% dari produk domestik bruto (PDB), naik dari target APBN-P 2016 yang sebesar 2,35% dari PDB. Kenaikan defisit ini terjadi akibat pemangkasan target penerimaan negara.
Direktur Surat Utang negara Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuanga (Kemkeu) Loto Srinaita Ginting mengatakan, pemerintah akan meluncurkan ORI pada akhir September 2016. “Launching ORI September rencananya sekitar tanggal 29 September,” katanya, akhir pekan lalu. Sayangnya, ia merahasiakan target penerbitan obligasi tersebut.
Tahun ini, pemerintah menerbitkan empat jenis SBN ritel, yaitu saving bond ritel, sukuk ritel (sukri), sukuk tabungan, dan ORI. Sementara tahun lalu, pemerintah hanya menerbitkan sukri dan ORI.
Kementerian Keuangan mencatat, hingga saat ini pemerintah telah menerbitkan saving bond ritel Rp 3,91 triliun, sukri Rp 31,5 triliun, dana sukuk tabungan ditargetkan Rp 2 triliun. Nilai sukuk ritel yang diterbitkan tahun ini lebih besar dibandingkan tahun lalu sebesar Rp 21,9 triliun.
Penampungan Repatriasi
Saat ini pemerintah meyakini outlook defisit anggaran sampai akhir tahun berada di level 2,5% dari PDB. Aka tetapi bukan tidak mungkin defisit kembali melebar, mengingat jumlah yang tebusan yang masuk dari amnesti pajak masih sekitar 1% dari target sebesar Rp 165 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah akan tetap menghormati Undang-Undang tentang Keuangan Negara yang membatasi defisit. Sri akan menggunakan seluruh upaya yang ada untuk menjaga defisit anggaran agar tidak melebihi angka 3% dari PDB.
Direktur Strategi dan Portofolio Utang Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemkeu Scenaider Siahaan bilang, bisa saja penerbitan ORI pada tahun ini lebih rendah dari tahun lalu yang sebesar Rp 27,4 triliun. Hal itu dilakukan untuk memberi ruang penerbitan obligasi negara lain yang bisa memenuhi keburuhan instrumen investasi bagi dana repatriasi hasil pengampunan pajak atau tax amnesty. Sebab, SBN penampungan dana repatriasi harus melalui private placement.
Menurut Scenaider, meski saat ini nilai aset yang direpatriasikan masih minim, namun permintaan terhadap SBN sebagai instrumen penampunagan dana repatriasi sudah tampak mengalami kenaikan. “Mereka sudah masuk di lelang kemarin,” katanya.
Nantinya sisa SBN akan diterbitkan di akhir tahun ini dalam denominasi rupiah. Selain untuk menamoung dana-dana repatriasi hasil tax amnesty, pemerintah ingin memperbesar porsi SBN rupiah, sekaligus memperkuat likuiditasi di dalam negeri. “Investor asing nantinya masuk ke rupiah karena yield-nya lebi baik dari dollar,” tambahnya.
Data monitoring tax amnesty Ditjen Pajak menunjukkan, sampai Minggu (28/8) malam, jumlah aset yang direpatriasi mencapai Rp 7,66 triliun. Sedangkan nilai uang tebusan yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp 2,14 triliun atau 1,3% dari target sebesar Rp 165 triliun. Sedangkan total harta yangg dilaporkan sebesar Rp 102,89 triliun.
Penulis : Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika
Sumber : KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar