Di Bawah Ancaman Inflasi Melaju Kencang

Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU Muri jalur pantura,

Seberapa kencang inflasi akan berlari ? sepanjang tahun ini ? Kendati 2017 baru berjalan dalam belasan hari, pertanyaan itu sudah muncul. Penyebabnya adalah kenaikan harga dua komoditas  energi yang akrab digunakan rakyat.

Listrik adalah komoditas pertama yang harganya naik di tahun ini. Memang, tak semua pelanggan listrik menanggung kenaikan tarif. Mereka yang harus membayar tarif lebih tinggi adalah pelanggan yang berada di kelas 900 volt ampere (VA). Dulu seluruh pelanggan di kelompok di tarif itu mengantongi subsidi. Namun per 1 Januari lalu , sekitar 18 juta pelanggan di kelas itu harus rela membayar dengan menggunakan tarif non subsidi.

Pengalihan kelas ini merupakan buntut dari niat pemerintah memperbaiki  memperbaiki menyalurkan subsidi listrik. Sebagian besar pelanggan jenis ini naik 0,75%. Namun, pelanggan prabayar di kelas 1.300 VA justru menikmati penurunan tarif sebesar 8,25%.

Saat ini, mayoritas pelanggan PLN, mencapai 71%, berstatus pelanggan prabayar. Sedang 29% yang tersisa pelanggan merupakan pelanggan pascabayar.

Bahan bakar minyak non subsidi adalah komoditas energi kedua yang menanjak harganya di awal tahun ini. Tiga BBM non subsidi, yaitu Pertadex Pertalite dan Dexalite harganya naik Rp 300 per liter sejak 5 Januari silam.

De;puti Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo optimistis kenaikan harga BBM non-subsidi dan tarif listrik tak akan menyebabkan inflasi tahun ini jadi ngebut. Dalam hitungan versi BPS, kenaikan harga BBM non-subsidi sebesar 4% hanya mempengaruhi inflasi sekitar 0,01%.

Dampak utak-atik tarif listrik terhadap inflasi, menurut Sasmito, juga tak besar. Menurut Sasmito, juga tak besar. Menurut Sasmito, kontribusi tarif listrik ke inflasi berkisar 2,5%-2,8%.

Optimisme yang setali tiga uang juga disuarakan Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal. Menurut Suahasil, kendati harga dua komoditas energi naik, target inflasi tahunan di 2017 sebesar 4% masih sangat mungkin tercapai.

PPN turun

Tak sulit untuk menebak mengapa inflasi yang tinggi di 2017 menjadi menakutkan. Jika harga barang dan jasa kian melambung, daya beli masyarakat bisa dipastikan akan terpukul. Penurunan daya beli ini bakal berimbas ke mana-mana, termasuk pertumbuhan ekonomi melalui belanja masyarakat.

Memang, pesimisme terhadap daya beli masyarakat ini sudah meruap sejak dua tahun silam. Bayangan tentang penurunan dua beli itu bisa kita tafsirkan dari penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Di tahun lalu, untuk pertama kalinya selama lima tahun terakhir, perolehan PPN kita menyusut. Perolehan PPN per 31 Desember 2016 adalah Rp 410,5 triliun, atau 86,6% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016. Angka itu lebih kecil 3,12% dibandingkan dengan penerimaan PPN di 2015.

Angka PPN yang turun itu menguatkan dugaan bahwa rendahnya inflasi di tahun 2016 lebih disebabkan karena daya beli yang rendah. Laju kenaikan harga barang dan jasa dalam basis tahunan per 2016 adalah 3,02% Itulah inflasi tahunan terendah sejak 2011.

Kendati tak pernah mengakui kecenderungan penurunan daya beli, toh pemerintah menyiapkan sejumlah strategi untuk memutar roda pertumbuhan lebih cepat lagi. Pertama, mengoptimalkan penggunaan dana repatriasi dari program amnesty pajak. Catatan saja, per akhir 2016, komitmen dana repatriasi mencapai Rp 141 triliun. Sedang yang sudah direalisasikan baru Rp 89,6 triliun.

Kedua, menginjeksi Badan Usaha Milik Negara dengan Penyertaan Modal Negara. Ketiga, mengevaluasi penyaluran kreddit usaha rakyat dan kredit untuk kalangan usaha kecil dan menengah. Keempat, memanfaatkan kebijakan fiskal untuk menyempitkan kesenjangan ekonomi antar daerah.

Berhasilkah jurus yang diresepkan pemerintah ? Tinggal waktu yang menjawabnya. Yang membesarkan hati, kurs nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat tidak fluktuatif di 2015. Bahkan, rupiah berhasil mengalami penguatan terhadap dollar AS sebanyak 2,28%.

Mudah-mudahan saja para fund manager tidak pasang target yang meleset ?

Berikut lampiran terkait inflasi laju-inflasi-tahunan

Sumber: Harian Kontan,Senin, 9 Januari 2017

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar