Kenaikan Tarif Listrik Tekan Belanja Masyarakat

JAKARTA. Belanja masyarakat masih kendor. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan tinggi tarif listrik pada awal tahun ini, sehingga mengerem belanja masyarakat.

Tanda-tanda perlambatan konsumsi rumah tangga di kuartal I-2017 tampak pada hasil survei penjualan eceran yang di rilis Bank Indonesia (BI). Hasilnya, indeks penjualan riil (IPR) Februari 2017 hanya tumbuh 3,7%, lebih rendah ketimbang Januari 2017 yang tumbuh 6,3%.

Bila dirinci lebih jauh, perlambatan penjualan riil terjadi di kelompok makanan dan non makanan. Pada kelompok makanan misalnya, penjualan riil pada Februari 2017 hanya tumbuh 5,1% dibanding periode sama tahun 2016. Angka ini melambat bila dibanding bulan sebelumnya yang masih tumbuh 7,3% secara tahunan.

Sedangkan di kelompok non makanan penjualan riil pada Februari 2017 hanya tumbuh 1,8%. Lebih lambat dibandingkan Januari 2017 yang masih mampu tumbuh 5% secara tahunan.

Survei BI juga menjelaskan, perlambatan pertumbuhan penjualan riil ini masih akan berlanjut hingga Maret 2017. Sebab, hasil survey menunjukkan indeks penjualan riil pada Maret 2017 diperkirakan hanya tumbuh sekitar 2,6% secara tahunan.

Perlambatan ini diperkirakan terjadi pada kelompok makanan dan non makanan. Maret 2017, penjualan eceran kelompok makanan diperkirakan tumbuh 4,9% dibanding periode sama tahun lalu.

Angka itu lebih rendah dari Februari 2017 yang 5,1% secara tahunan. “secara triwulan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2017 diperkirakan melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dan kuartal yang sama tahun 2016,” kata Tirta Segera, Direktur Eksekutif Departmen Komunikasi  BI dalam keterangan  resminya, Senin (10/4).

Menurut Tirta, pelambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal I-2017 ini tercermin dari pertumbuhan indeks penjualan riil kuartal I-2017 yang sebesar 4,2%. Lebih rendah dari kuartal Vi-2016 yang sebesar 9,5% dan kuartal I-2016 sebesar 11,5%.

Surveii juga mengindikasikan potensi kenaikan harga pada Mei 2017 di tingkat pedagang eceran. Setelah itu, tekanan kenaikan harga barang eceran bakal melambat pada Agustus 2017.

Ekonom Maybank Indonesia Juniman bilang, perlambatan penjualan riil ini dipicu oleh kenaikan tarif listrik pada Januari dan Maret 2017 dan tarif-tarif yang diatur pemerintah lainnya. Hal itu membuat daya beli konsumen menurun. ‘kalau makanan, sifatnya memang mereka harus beli. Untuk non makanan yang merupakan secondary good, daya beli masyarakat turun sehingga konsumsinya dikurangi,” katanya kepada KONTAN, Senin (10/4).

Juniman memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal I-2017 masih bisa mencapai 5%. “Spending di Sumatra dan Kalimantan yang terbantu kenaikan harga komoditas bisa menopang perlambatan di Jawa dan Bali,” tambahnya.

Menurut Juniman, penjualan ritel di Mei 2017 akan terdongkrak puasa dan lebaran. Tapi, penjualan ritel di Agustus perlu diwaspadai karena ada dampak kenaikan tarif listrik di Juli dan normalnya ermintaan usai Lebaran.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan, konsumsi rumah tangga  di kuartal I-2017 sekitar 4,9%-5%. Alhasil, harapan pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I-2017 hanya dari kinerja ekspor.

Sumber: Kontan, Selasa, 11 April 2017

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar