EKONOMI Indonesia tahun ini masih harus berhadapan dengan sejumlah risiko yang harus diantisipasi serius. Pertama, bujet pemerintah. Pada 2015, pemerintah menargetkan penerimaan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) sebesar Rp 1.762 triliun. Namun, Bank Dunia meramal, realisasi penerimaan negara hingga akhir tahun hanya Rp 1.480 triliun atau 83,9% dari target. Short fall ini dari penerimaan pajak yang diprediksi hanya meraup Rp 1.199 triliun dari target Rp 1.489 triliun.
Karena itu, Bank Dunia melihat defisit anggaran tahun ini berpotensi melebar dari 1,9% dari PDB menjadi 2,5% dari PDB. “Dari sisi nominal meningkat dari Rp 223 triliun menjadi Rp 294 triliun,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ndiame Diop.
Risiko kedua dari besarnya utang luar negeri (ULN) swasta. Data terbaru Januari, ULN Indonesia terus tumbuh. ULN yang besar akan membuat fluktuasi rupiah terhadap dollar AS kian berisiko.
Per Januari 2015, data Bank Indonesia mencatat, ULN Indonesia mencapai US$ 298,6 miliar atau tumbuh 10,1% dibandingkan dengan bulan Januari tahun lalu. Dibandingkan Desember 2014, ULN tersebut tumbuh 2,05% dari posisi Desember 2014 sebesar US$ 292,6 miliar.
Sebagian ULN Januari disumbang oleh ULN sektor swasta US$ 162,9 miliar atau 54,6% dari total ULN. Sedangkan ULN sektor publik atau pemerintah dan BI sebesar US$ 135,7 miliar atau 45,4% dari total ULN. Walau naik, ULN swasta di Januari 2015 tumbuh 13,6% year on year (YoY), sedikit melambat dari Desember 2014 14,2% YoY.
Sedangkan ULN publik tumbuh 6,1% YoY, naik dari Desember yang 5,0% YoY. Pertumbuhan ini karena penerbitan global bond oleh pemerintah sebesar US$ 4,0 miliar.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar