Pajak Ekspor Bisa Menggerus Harga CPO

Palm fruit, Musim Mas palm oil plantation, Sumatra, Indonesia

Jakarta. Berlakunya pungutan ekspor minyak sawit alias crude palm oil (CPO) bulan April ini mulai menebar kekhawatiran, yakni tertekannya kembali harga CPO yang selama empat hari perdagangan terakhir dalam tren reli.

Data Bloomberg Senin (6/4) pukul 15.00 wib memperlihatkan, harga minyak sawit kontrak pengiriman bulan Juni 2015 di Malaysia Derivatives Exchange naik 1,69% ke RM 2.228 per metrik ton.

Research and Analyst PT Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan, harga CPO bisa melanjutkan reli  karena mendapat angin segar dari naiknya harga minyak dunia. Salah satunya Arab Saudi yang menaikkan harga jual minyak mentah untuk pembeli di asia. “Ini membuat minat pelaku pasar terhadap bahan bakar alternatif biofuel meningkat kembali,” kata Deddy.

Tapi Educator & Market Analyst, Education Division PT Monex Investindo Futures Ariana Nur Akbar menilai, kenaikan harga CPO masih terbatas. “Kenaikannya hanya dipicu aksi spekulan pasar saja,” ungkap Ariana.

Perlu diketahui, pemerintah Indonesia akan menerbitkan peraturan tentang pungutan ekspor CPO sebesar US$ 50 per metrik ton dan produk turunannya sebesar US$ 30 per metrik ton.

Dana pungutan ekspor ini akan dimanfaatkan untuk riset dan pengembangan industri CPO di dalam negeri. Tujuannya beleid itu mendukung kewajiban pencampuran biodiesel 15% per liter solar.

Deddy menilai aturan ini bakal membebani eksportir karena margin berkurang. Dampaknya juga bisa menekan harga CPO. “Peraturan ini bisa menurunkan gairah ekspor,” kata Deddy.

Sedangkan Ariana menilai selama kebijakan pemerintah atas pengembangan industri CPO untuk biodiesel masih sebatas wacana, tanpa ada peraturan dan undang-undang, kebijakan ini belum merupakan kabar baik.

Soalnya, prospek penyerapan CPO untuk biodiesel masih rendah. Ia menilai harga CPO masih dalam tren turun. “Dari sisi fundamental pun kondisi ekonomi negara konsumen CPO juga belum membaik” kata dia

Deddy menilai harga CPO berpeluan terangkat apabila pemerintah konsisten untuk menggunakan dana pungutan ekspor untuk pengembangan industri CPO. Soalnya, pemerintah mencanangkan peningkatan penggunaan bioenergi dari 4,7% tahun lalu menjadi 9,8% tahun ini.

“Jika konsisten akan banyak produksi sawit yang diserap untuk alternatif energi, ini akan baik bagi harga CPO,” kata Deddy.

Secara teknikal Deddy memaparkan, harga CPO berada di bawah moving average (MA) 50, MA 100, dan MA 200. Ini mengindikasikan harga masih akan tertekan. RSI bergerak naik di area 50. Stochastic juga bergerak naik di area 62  yang berarti berpotensi naik. Tapi, MACD minus 20, menyiratkan tren menurun.

Hari ini, Deddy menduga harga CPO di RM 2.250-RM 2.300 per metrik ton. Sementara selama sepekan harga bergerak di RM 2.250-RM 2.350 per metrik ton. Prediksi Ariana, harga CPO sepekan di support RM 1.980-RM 1.940 dan resistance RM 2.450-RM 2.600 per metrik ton.

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar