JAKARTA. Kinerja sejumlah emiten milik Grup Astra di kuartal I-2015 kurang menggembirakan. Lesunya sektor otomotif dan komoditas membuat cuan perusahaan mengempis.
Misalnya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Mengacu laporan keuangan per akhir Maret 2015, laba bersih perusahaan sawit ini anjlok hingga 79,72% menjadi Rp 156,09 miliar. Di periode sama tahun lalu, laba bersih AALI mencapai Rp 784,6 miliar.
Manajemen AALI kesulitan mendongkrak pendapatan selama awal tahun ini. Pendapatan bersih AALI susut 13,17% dari Rp 3,72 triliun menjadi Rp 3,23 triliun. Di saat yang sama sejumlah beban membengkak.
Beban penjualan AALI membengkak 9,93% year-on-year (yoy) menjadi Rp 135,74 miliar Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menyebabkan AALI harus menanggung rugi kurs hingga Rp 246,33 miliar. Padahal di periode yang sama tahun lalu, AALI mencatatkan keuntungan akibat selisih kurs senilai Rp 165,72 miliar.
Kondisi yang serupa terjadi pada anak usaha Grup Astra di bidang otomotif, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). Di kuartal I 2015, Laba bersih perusahaan suku cadang ini merosot 67,07% (yoy) menjadi Rp 87,42 miliar. Ini lantaran pendapatan bersih AUTO menyusut 7,12% (yoy) menjai Rp 2,87 triliun. Saat yang sama, beban penjualan naik 44% ke Rp 182,3 miliar.
Berbeda dengan dua saudaranya, PT Astra Graphia Tbk (ASGR) mencetak kenaikan laba bersih 46% menjadi Rp 48,21 miliar pada kuartal I tahun ini. Pencapaian tersebut berkat kenaikan pendapatan bersih sebesar 6% dibandingkan periode sama setahun lalu menjadi Rp 459,44 miliar.
Alhasil, margin laba bersih ASGR semakin tinggi, yaitu dari 7,6% di kuartal I 2014 menjadi 10,34% pada kuartal I 2015. Emiten ini mampu menekan beban penjualan dan beban keuangan cukup drastis. Beban penjualan bisa menyusut dari sebelumnya Rp 52,48 miliar menjadi Rp 45,66 miliar. Biaya keuangan ditekan hingga menjadi Rp 804 juta. Selama tiga bulan pertama tahun lalu, beban keuangan ASGR mencapai Rp 2,31 miliar.
Analis MNC Securities Reza Nugraha menilai, kelesuan sektor otomotif dan penurunan harga minyak sawit mentah (CPO) menjadi penyebab memburuknya kinerja grup Astra.
Di kuartal I-2015, penjualan kendaraan menurun sekitar 15%-20%. Hal ini tentu berimbas ke penjualan Auto. Sedangkan harga CPO di kuartal pertama tahun ini hanya di kisaran RM 2.100 – RM 2.200 per ton. Padahal kuartal pertama tahun lalu, harga CPO RM 2.500 per ton.
Tahun ini, Reza memprediksi sektor otomotif maupun CPO belum banyak berubah. Hal ini sejalan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Reza menilai pemerintah terlalu optimis dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,7%. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya 5,1%-5,2%. “Untuk sektor perkebunan juga sama, apalagi penjualan AALI sebagian besar ke dalam negeri,” ujar dia.
Kinerja grup Astra ke depan sangat tergantung realisasi proyek pemerintah. Selama pertumbuhan ekonomi Indonesia belum membaik, Reza khawatir kinerja grup Astra akan suram. Reza pun merekomendasikan hold untuk AALI, AUTO, dan ASGR.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar