Para analis percaya, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) masih bertumbuh sepanjang tahun ini
JAKARTA. Regulasi pemerintah yang bermaksud menekan penjualan rokok, ternyata tidak berefek besar pada kinerja industri rokok. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) misalnya, masih mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun lalu.
Analis Ciptadana Securities Maula Adini Putri dalam riset yang terbit 15 April 2015 mengatakan bahwa tahun lalu GGRM membukukan kenaikan pendapatan 18% secara year on year (yoy) menjadi Rp 65,18 triliun. Laba bersih juga naik 28% yoy menjadi Rp 8,5 triliun.
Pendorong hasil yang positif itu adalah kombinasi kenaikan harga dan melejitnya volume penjualan selama tahun pemilu. “Secara keseluruhan, kami puas dengan hasil kinerja GGRM di 2014, pencapaian tersebut mewakili 96%-99% dari target laba usaha dan laba bersih kami,” tulis Maula.
Meski begitu, tahun lalu utang GGRM mencapai level tertinggi, yakni Rp 18 triliun. Jumlah tersebut lebih banyak dialokasikan sebagai dana belanja modal perusahaan empat tahun terakhir.
Makanya, tak heran di tahun 2014 net gearing GGRM meningkat menjadi 50% dari tahun sebelumnya yakni 40%. Meski naik Maula menilai, angka tersebut masih dalam level yang nyaman.
Sementara tahun ini para analis menilai, perusahaan perlu berjuang mempertahankan bisnis. Juli mendatang, tarif cukai kembali membubung. Padahal di Januari 2015, pemerintah telah menaikkan tarif cukai.
Tak hanya itu, pemerintah juga berencana menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) rokok, dari 8,4% menjadi 10%. Analis Trimegah Securities Dian Octiana dalam riset pada 17 Maret 2015, mengatakan, hal tersebut dapat menjadi sentimen negatif bagi laju bisnis produsen rokok.
Akibat sentimen negatif tersebut harga saham GGRM menurun. Secara year to date, harga GGRM turun 11%.
Menaikkan harga jual
Baik Dian maupun Maula menyarankan, emiten rokok harus menaikkan harga jual kembali di tahun ini, demi mempertahankan margin. Melihat kondisi tersebut, Maula menilai bahwa GGRM perlu menaikkan harga jual produk antara 12%-15%.
Dari sisi industri secara keseluruhan, analis Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya menilai, meski industri rokok cenderung melambat di tahun ini, masih ada peluang kenaikan.
Maula juga melihat ada peluang kenaikan permintaan rokok. Ini seiring struktur demografi Indonesia yang menguntungkan dengan pertumbuhan jumlah populasi orang dewasa. “Kami masih menyukai sektor rokok,” kata dia. Secara historis, penjualan GGRM masih meningkat sepanjang lima tahun.
Ini artinya para produsen yang cenderung tak terimbas oleh kenaikan tarif cukai. Umumnya, kenaikan dibebankan ke konsumen dengan menaikkan harga.
Dian memprediksi pada tahun ini pendapatan GGRM masih dapat naik 10,06%, menjadi Rp 71,74 triliun dan laba bersih meningkat 4,85% menjadi Rp 5,63 triliun. Maula memperkirakan, pendapatan GGRM menjadi Rp 75,10 triliun dengan laba Rp 6 triliun.
Ketiga analis ini kompak merekomendasikan beli saham GGRM. Maula menargetkan di Rp 63.500, Dian di Rp 57.500 dan Willian di Rp 61.000. Kemarin, harga GGRM stagnan di Rp 53.100 per saham.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar