JAKARTA. Kenaikan harga pangan tampaknya menjadi pengungkit kenaikan inflasi pada Mei 2015 ini. Proyeksi ekonom dan bank sentral, inflasi Mei kali ini akan lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
Meroketnya harga-harga kebutuhan pokok diperkirakan juga akan mewarnai hitungan inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) yang akan diumumkan hari ini (1/6).
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memperkirakan, inflasi mei tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan-bulan sebelumnya. David menghitung, inflasi bulanan (month on month) selama mei akan bertengger di level 0,4%, naik dari april lalu yang masih di angka 0,36%.
Secara year on year (YoY), inflasi Mei diperkirakan menyentuh 7%, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 6,79%. “Harga sejumlah komoditas makanan pada bulan ketiga hingga Mei mulai naik,” katanya, Minggu (31/5). Proyeksi ini lebih tinggi dari tren inflasi-inflasi bulanan maupun tahunan di empat bulan sebelumnya.
David mencontohkan, beberapa kebutuhan pokok yang harganya mulai naik di pasaran antara lain daging ayam, cabai, sayur-mayur, hingga daging sapi. Tren kenaikan ini diperkirakan akan terus bergerak hingga jelang lebaran pada Juni mendatang.
Latif Adam, Ekonom Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menimpali, berdasarkan data siklikal, pada bulan Mei dan Juni memang selalu terjadi inflasi yang cukup tinggi dari bulan-bulan sebelumnya. Namun, kenaikan harga tidak akan terlalu signifikan lantara tidak ada kebijakan kenaikan harga yang ditentukan pemerintah atau administered price.
Kendalikan Harga
Latief melihat, batalnya rencana pemerintah menaikan harga BBM jenis premium membuat laju inflasi bisa sedikit tertahan. Proyeksi Latif, inflasi bulanan di Mei akan berada di level sekitar 0,5%.
Proyeksi Latief Diamini Ekonom BNI, Ryan Kiryanto. Ryan memperkirakan, inflasi Mei di kisaran 0,5%. Laju inflasi Mei didorong oleh kenaikan harga-harga makanan. Ryan berharap pemerintah merealisasikan janji dan rencananya terkait pengendalian harga kebutuhan pokok.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistianingsih memproyeksikan, sepanjang Mei 2015, inflasi sekitar 0,42%. Laju inflasi ini akibat faktor musim menjelang puasa yang mendongkrak harga bahan makanan.
Selain itu, tekanan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turut menyumbang inflasi karena pengaruhnya ke harga bahan makanan dan makanan jadi.
Menurut Lana, tingginya inflasi di Mei akan berlanjut hingga dua bulan ke depan. Bahkan, Lana memproyeksikan inflasi tertinggi pada Juli mendatang dengan angka 0,92%. “Juli habis lebaran, mudik, ditambah tahun ajaran baru. Harga transportasi dan rekreasi akan naik. Setelah Juli, inflasi Agusutus bisa menurun,” ujar Lana.
Hingga akhir tahun ini, lana tetap pada proyeksinya, yakni 3,57% jika tak ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif dasar listrik.
Jika harga premium kembali naik ke Rp 7.800 per liter dan harga minyak dunia menjadi US$ 60 barel serta nilai tukar rupiah rata-rata Rp 13.000 per dolar AS, lana memperkirakan, inflasi tahunan pada akhir tahun bisa menembuh 5,97%.
Sebelumnya, berdasarkan hasil survey Bank Indonesia (BI) di minggu ketiga Mei 2015, besaran inflasi lebih tinggi dibandingkan laju inflasi April yang mencapai 0,36%.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pada pekan ketiga Mei, laju inflasi bulanan pada level 0,4%. Sementara itu, secara YoY inflasi pada minggu ketiga Mei mencapai angka 7,04%. Menurut Agus, besarnya inflasi di Mei dipengaruhi oleh volatilitas harga makanan.
Merujuk data Kementerian Perdagangan, harga telur ayam ras yang sejak awal Mei lalu semakin mendekati harga pokok pembelian (HPP). Harga jual telur di tingkat konsumen per 29 Mei Rp 21.764 per kilogram (kg), adapun di awal bulan Mei hanya Rp 20.000 per kg. selain itu, harga cabai merah biasa sejak awal Mei juga naik. Jika 4 Mei harga cabe merah biasa Rp 24.575 per kilogram maka di 29 Mei sudah Rp 30.187 per kg.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar