Ekspor Komoditas Perkebunan Turun

indexSepanjang Januari hingga Mei, kinerja ekspor karet, kelapa sawit, dan kopi tertohok penurunan permintaan dan harga.

JAKARTA. Sejumlah komoditas perkebunan andalan ekspor nasional mencatat kinerja ekspor yang kurang memuaskan sepanjang tahun ini.

Eskpor komoditas unggulan seperti karet, kelapa sawit, dan kopi mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu. Padahal, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) bisa dimanfaatkan menjadi keuntungan bagi kinerja ekspor nasional lewat komoditas perkebunan ini.

Komoditas karet misalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor karet sepanjang Januari – Mei 2015 mengalami penurunan 26,93% menjadi US$ 2,4 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang berhasil meraup US$ 3,4 miliar.

Martinus S. Sinarya, Ketua Bidang Keuangan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) mengatakan, ekspor karet mengalami penurunan yang cukup besar tahun ini. Ini tak terlepas dari permintaan merosotnya permintaan karet alam di pasar global. “Kelesuan ekonomi Uni Eropa, AS, dan China sebagai negara tujuan ekspor menjadi faktor utama turunnya ekspor karet,” ujar Martinus kepada KONTAN, Senin (15/6).

Penurunan kinerja ekspor karet juga diperparah dengan fakta bahwa saat ini pasokan karet dari petani mengalami penurunan. Harga karet yang rendah dan gangguan cuaca sepanjang tahun ini telah menurunkan produksi karet petani. Alhasil, industri karet saat ini tengah merevisi target mereka untuk tahun ini.

Komoditas ekspor lain yang juga jatuh sepanjang tahun ini adalah kelapa sawit. Data BPS menyebut, sepanjang Januari – Mei 2015, ekspor menurun 4,84% menjadi US$ 7,9 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 8,3 miliar.

Fadhli Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menyatakan, negara seperti China, Bangladesh, Timur Tengah, dan Afrika memangkas ekspor minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia.

China memiliki andil paling besar dari penurunan ini karena sebelumnya menyatakan akan memangkas ekspor CPO dari Indonesia sebesar 60% dari tahun lalu.

Menurutnya, China saat ini tengah mengembangkan minyak kedelai yang harganya lebih murah ketimbang harga CPO. Selain itu, harga CPO global juga belum juga merangkak naik sejak jatuh pada tahun 2014 lalu.

Penurunan Produksi

Setali tiga uang, penurunan ekspor juga melanda kopi. Pranoto Soenarto, Wakil Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) mengatakan sejatinya kopi secara global mengalami kenaikan karena produsen kopi memacu produksi akibat rendahnya harga kopi dunia. Apalagi permintaan kopi dunia diprediksi bakal meningkat tahun ini, hal ini jelas menjadi kesempatan emas buat pasar ekspor.

Namun kesempatan ini sulit dimanfaatkan Indonesia karena ekspor menurun akibat produksi yang semakin rendah akibat kekeringan dan gagal panen.

Dari total produksi kopi Indonesia, sebanyak 70% diperuntukkan untuk pasar ekspor dan 30% diperuntukkan untuk pasar domestik. Namun, kondisi ini diperkirakan bisa berubah seiring dengan menggeliatnya permintaan kopi dari pasar dalam negeri.

AEKI memprediksi penyerapan kopi di pasar domestik tahun ini bisa mencapai 250.000-300.000 ton atau naik 100.000 ton dari tahun lalu.

Sayangnya, kondisi ini tak seiring dengan produksinya. Tahun ini, diperkirakan produksi kopi Indonesia tidak mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun lalu. Tahun ini, produksi kopi diperkirakan mencapai 600.000 ton. Pada tahun lalu produksi kopi mencapai 650.000 ton.

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar