Modal Janji Perlu Diwaspadai

mining1Di seluruh dunia, pemerintah dan pihak berwenang berupaya melindungi investor. Sektor tambang termasuk yang dianggap rawan. Hanya bermodalkan janji produksi dari aset tambang di belahan lain dunia, untung sudah bisa diraup.

Buletin kepolisian kota London tertanggal 29 Mei 2015 memuat keberhasilan mereka memenjarakan gerombolan penjahat asal Nottingham, kota berpenduduk 30.000 lebih di bagian tengah Inggris. Kelima orang itu terbukti mengantongi puluhan juta poundsterling uang haram hasil penipuan tambang. Mereka diganjar dengan sanksi empat hingga enam tahun penjara.

Kelima penjahat itu menyewa sebuah ruangan di kota Palma de Majorca, kota otonom di Kepulauan Balearic, Spanyol. Dari tempat liburan favorit musim panas Eropa itu, mereka bisa hidup berfoya-foya sambil menjalankan operasinya menggunakan sambungan telepon internet. Mangsa empuknya adalah calon investor dari negeri asal mereka di Inggris, yang kebanyakan adalah pensiunan dan kaum sepuh.

Brosur mewah dan prospektus perusahaan tambang emas bernama Inca Pacific Gold and Mining dikirimkan untuk meyakinkan calon investor yang giat diburu lewat percakapan telepon. Tak jarang, bingkisan cokelat dan sebotol sampanye diantar ke rumah calon investor yang dinilai berpotensi menyumbang lebih besar.

Penelepon yang sering mengaku sebagai pialang saham dari perusahaan investasi berbasis di London atau Luxemburg itu mengiming-imingi laba berlipat ganda. Disebutkan bahwa perusahaan tambang tersebut akan segera masuk ke Bursa Efek London. Saham yang semula hanya dihargai €1.50 per lembar, bakal melesat bak meteor.

Entah di mana lokasi tambang yang diklaim sebagai sumber kekayaan itu. Situs bodong http://www.incapacificmining.com sudah diblokir saat majalah TAMBANG mencoba mengaksesnya. “Katanya yang menjadi sumber emas adalah sebuah konsesi di Mongolia, tak jauh dari bandar udara Hongkong. Proyek itu pun disebutkan masih berhubungan dengan proyek tambang emas yang digarap pemerintah Tiongkok,” curhat seorang korban, pemilik akun bernama Wrighti dalam sebuah forum jejaring sosial khusus untuk komunitas investor.

Wrighti dan lebih dari 100 korban lainnya termakan bujuk rayu dan tergoda kilauan emas. Tak sedikit di antara korban yang menghabiskan seluruh tabungannya. Mereka berani berutang dan menggadaikan harta demi mencicipi keuntungan saham tambang emas, seperti yang ditawarkan gerombolan penipu berumur 20-45 tahun itu.

Kasus Inca Pacific Mining terkuak pada pertengahan 2011, saat ruangan pusat operasi kejahatan penipuan di Spanyol itu digerebek. Sebagian anggota gerombolan sempat buron.

“Saya harap para korban kasus penipuan saham tambang ini beserta keluarganya kini bisa merasakan sedikit kelegaan,” ungkap Toby Larkin, kepala detektif yang bertugas mengawal kasus ini. Ia mengingatkan kasus ini menjadi pelajaran agar siapa pun lebih berhati-hati dalam berinvestasi.

Kasus yang baru rampung diadili di Inggris tersebut nilainya jauh lebih kecil ketimbang kasus Bre-X yang menggemparkan sektor tambang, dua dasawarsa lalu. Modus tipu-tipu yang lebih canggih itu dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Alberta, Kanada, atas konsesi lahan di Indonesia. Tak kurang dari US$ 6 miliar berhasil dikumpulkan lewat bursa, karena harga saham yang meroket dari hanya 30 sen dollar per lembar menjadi US$ 286 pada puncaknya.

Di tahun 1993, seorang ahli geologi asal Filipina bernama Michael de Guzman mengumumkan hasil menggembirakan dari ekspedisi di belantara hutan Kalimantan. Ia mengaku menemukan cadangan emas di lahan Busang di Provinsi Kalimantan Timur, yang jumlahnya sangat besar. Nama Bre-X Minerals Ltd., perusahaan tambang yunior asal Kanada milik David Walsh, menjadi naik daun.

Didirikan tahun 1989, saham Bre-X kemudian diperdagangkan di Bursa Efek Alberta, Kanada pada 1989. Bertahun-tahun melakukan eksplorasi di tempat lain tanpa hasil, klaim temuan emas Busang itu menyelamatkan Bre-X yang nyaris bangkrut. Institusi keuangan JP Morgan sempat mengungkap prediksi geologis utama Bre-X, John Felderhof, bahwa cadangan di Busang mencapai 200 juta ounces emas.

“Ini adalah temuan emas terbesar sepanjang generasi kita,” demikian Egizio Bianchini, pialang saham dan analis emas ternama asal Kanada, menggambarkan betapa fantastis angka prediksi cadangan emas itu.

Kilau emas memang menyilaukan, hingga orang-orang pun berebut membeli saham Bre-X yang diperdagangkan di bursa. Begitu menyilaukannya, sehingga banyak yang dibutakan dan tidak menyadari trik klasik ‘penggaraman’ yang dipakai untuk merekayasa sampel.

Michael de Guzman rela mengerok emas dari cincin kawinnya sendiri, untuk dicampurkan ke sampel tanah dari Busang. Ia menakar jumlah emas yang dipakai untuk ‘menggarami’ sampel sedemikian rupa, hingga menunjukkan potensi yang besar namun masih masuk akal. Demi menjaga keberlanjutan pengiriman sampel eksplorasi secara rutin, selama 2,5 tahun de Guzman pun membeli emas yang didulang penduduk sekitar secara tradisional untuk dicampurkan dalam sampel.

Walsh, Felderhof, dan de Guzman tercatat sempat mencairkan US$ 100 juta, hanya dengan menjual sebagian kecil saja dari kepemilikan saham mereka. Dengan argumentasi yang kedengaran sangat meyakinkan, mereka mematahkan keragu-raguan atas keberadaan emas Busang.

miningSampai tahun 1996, tak ada aral melintang yang berarti bagi jejak menanja Bre-X. Tapi kabar harta di Busang itu kemudian dipermasalahkan oleh Pemerintah RI yang masih berada di bawah rezim Soeharto. Perizinan tambang Bre-X dianggap menyalahi aturan. Campur tangan pemerintah ini mengawali terkuaknya kedok perusahan tambang yunior asal Kanada itu.

Pemerintah memaksa Bre-X mendivestasikan 40% sahamnya atas tambang Busang, serta mengandeng salah satu perusahaan tambang besar jika ingin terus menggarap proyek tersebut. Busang pun jadi rebutan raksasa-raksasa tambang internasional. Pilihan pemerintah akhirnya jatuh kepada Freeport untuk disandingkan dengan Bre-X, karena bagi Indonesia perusahaan Amerika Serikat itu bukanlah pemain asing. Komposisi pemilikan tambang di Busang akhirnya menjadi 45% Bre-X; 40% Pemerintah RI; dan 15% Freeport.

Karena kawin paksa tersebut, Bre-X harus berbagi dengan Freeport. Freeport pun melakukan pengujian terhadap cadangan emas Busang, pengeboran kembali dilakukan di samping titik yang pernah dibor oleh Bre-X. Benar saja, hasilnya jauh lebih rendah, bahkan banyak yang kadar emasnya nol.

Drama Bre-X semakin seru ketika de Guzman kemudian menghilang dari helikopter yang ditumpanginya dalam perjalanan untuk menemui tim eksplorasi Freeport. Setelah beberapa hari, ditemukan jenazah yang diidentifikasikan sebagai ahli geologi Bre-X itu, meskipun kebenarannya diragukan karena kondisinya hancur. Pihak berwajib pun mengumumkan kematian de Guzman akibat bunuh diri, terjun dari helikopter yang sedang mengudara.

Dengan rentetan kejadian di Indonesia tersebut, perdagangan saham Bre-X di Alberta pun anjlok. Seperti de Guzman, harga saham Bre-X terjun bebas. Investor Bre-X hanya bisa menelan pil pahit, ketika tumpukan sahamnya menjadi selembar kertas biasa yang sama sekali tak bernilai jual.

Kekesalan mereka mungkin bertambah ketika petinggi Bre-X tak dikenai sanksi pidana. Walsh sebagai pemilik perusahaan lepas tangan, mengaku tak tahu menahu adanya skema penipuan lewat rekayasa sampel eksplorasi. Ia kemudian mengasingkan diri ke Bahama sampai akhir hayatnya.

Felderhof, yang merupakan ajli geologi utama Bre-X sempat didakwa, namun lolos dari bui. Ia hanya didenda US$ 1,5 juta. Ia pun pindah ke Kepulauan Cayman, negara yang tak punya perjanjian ekstradisi dengan Kanada untuk kasus kejahatan kerah putih.

Menurut Jim Moffett, CEO Freeport, tanda-tanda penipuan dalam proyek Busang sudah dapat diamati sebelumnya. “Ada sejumlah indikasi yang seharusnya memberikan ‘lampu kuning’ bagi para ahli dan insinyur, serta analis emas, yang sudah mengunjungi Busang dan mendapatkan akses sampel dari area eksplorasi tersebut,” ujarnya sebagaimana dikutip Majalah Fortune, edisi 9 Juni 1997 ketika itu.

Kasus Bre-X melahirkan banyak buku. Salah satu di antaranya karya wartawan senior Indonesia, Bondan Winarno, yang kini lebih dikenal dengan praktisi kuliner. Bondan menulis buku “Sebongkah Emas di Kaki Pelangi”, yang diterbitkan pada 1997. Ini berupa jurnalisme investigasi yang melacak apa yang sebenarnya terjadi. Di buku itu, antara lain, Bondan meragukan kematian Michael de Guzman.

Penyesalan memang datangnya selalu belakangan. Kasus Bre-X sampai saat ini berpredikat sebagai kasus penipuan saham tambang terbesar sepanjang masa. Kasus ini selal dijadikan rujukan dalam studi terkait investasi saham, terutama untuk perusahaan tambang yang masih berada dalam tahapan eksplorasi.

John A. Meech, Direktur Pusat Penelitian Mineral, Logam, dan Material di Universitas British Columbia Kanada, menerbitkan hasil risetnya terkait maraknya penipuan saham tambang. Meskipun penipuan saham bisa terjadi di semua sektor usaha, namun ada persepsi bahwa sektor tambang menghalalkan berbagai cara menyakinkan investor dan menjadikannya sebagai sebuah bentuk seni.

“Persepsi ini timbul karena pembuktian cadangan mineral adalah hal yang tidak mudah dengan risiko tinggi, dan akan membutuhkan waktu lama untuk benar-benar sampai tahapan produksi. Selain itu, emiten tambang biasanya termasuk saham berprofil tinggi, sehingga kasus penipuan saham tambang akan mendapatkan perhatian luas,” tulisnya dalam risalah yang diterbitkan pada 2002.

Tak sekedar teknik klasik ‘penggaraman’ sampel eksplorasi seperti yang dijadikan modal dalam kasus penipuan emas Busang. Bisnis tipu-tipu saham tambang biasanya melibatkan suatu rantai mekanisme sistematis, layaknya menjalankan perusahaan papan atas.

2Pertama-tama yang diidentifikasi Meech untuk mengenali penipuan saham adalah keberadaan markas yang sering disebut ‘boiler-room’. Disebut demikian karena ruangan tersebut dipakai untuk mengompori calon investor. Kantor itu tidak perlu besar, mewah dan berada di lokasi strategis. Karena, yang diperlukan mungkin cukup koneksi telepon dan internet, yang menghubungkannya ke seluruh belahan dunia.

Kemudian, secara disadari atau tidak, ada pihak penting lain yang bisa dilibatkan dalam skema penipuan. Peranan konsultan atau pengamat biasanya dipakai untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan, untuk memberikan validasi atas data yang dirilis. Lalu, ada pula peranan media yang dipakai untuk menggiring calon investor berbondong-bondong meminati apa yang ditawarkan lewat siaran pers yang diberitakan.

Meech mengingatkan agar lembaga atau konsultan profesional, serta media, berhati-hati supaya tidak sekedar menjadi alat penipuan saham. Ia berkaca pada pengalamannya sendiri yang pernah terjebak karena nama dan institusi akademiknya sempat dicatut untuk menarik investor. Ia baru mengetahui belakangan, setelah pihak perusahaan menolak laporan penelitiannya yang menunjukkan hasil negatif. Kemudian ia pun akhirnya ikut mengupayakan pengusutan kasus penipuan saham tambang yang tak disebutkan namanya itu, sehingga tak bisa lagi berkutik mencari mangsa.

“Sebagai seorang profesional, perlu kewaspadaan sehingga kita bisa tetap menjaga etika dalam menjaga reputasi,” tegasnya.

Aksi lain yang sering dilakukan dalam skenario menggoreng harga saham adalah ‘wash-trading’, yang ditujukan untuk menggelumbungkan volume perdagangan dan menciptakan tren harga. Tak jarang dimunculkan tawaran akuisisi, kemudian dilanjutkan dengan aksi pembelian kembali (buyback). Perusahaan tambang yunior atau yang belum terdaftar di bursa, bisa saja mendompleng nama perusahaan besar yang diklaim sudah berminat untuk mengambil alih pemilikan aset tambangnya.

Karena memang tak ada niat membangun tambang, maka dana yang dikumpulkan dari penjualan saham pun biasanya didistribusikan ke rekening-rekening di negara tax-haven yang aman dari pengawasan pihak berwajib.

***

Belajar dari skandal Bre-X yang menjadi pukulan keras, pihak otoritas bursa di seluruh dunia pun berbenah. Instrumen nasional 43-101 adalah aturan yang lahir dari pelajaran pahit tersebut, dengan tujuan melindungi investor. Otoritas Sekuritas Kanada melalui aturan tersebut hendak menghindarkan investor saham dari informasi yang salah, palsu, atau menyesatkan terkait properti tambang yang didaftarkan oleh perusahaan sebagai aset.

Regulasi tersebut pertama kali ditahbiskan pada 19 Oktober 2001, dan menjadi instrumen standar keterbukaan informasi proyek mineral di Kanada. Isinya adalah serangkaian aturan dan tata cara terkodifikasi secara sistematis, untuk pelaporan dan penyajian informasi eksplorasi tambang. Aturan ini diwajibkan bagi semua perusahaan lokal maupun asing, yang sudah maupun hendak mendaftarkan diri di bursa saham Kanada.

Ada dua hal utama yang menjadi pokok standar pelaporan. Pertama terkait ‘Qualified Person’, yaitu keharusan memakai tenaga terkualifikasi khusus untuk memberikan laporan eksplorasi yang valid. Dalam beberapa kasus, profesional terkualifikasi itu pun harus independen tidak terafiliasi dengan perusahaan pemilik aset tambang yang dieksplorasi. Pengakuan terhadap individu dikukuhkan oleh asosiasi profesi, sehingga dapat dimintakan pertanggungjawaban atas kode etik profesional.

Pokok kedua adalah penyeragaman istilah dan definisi yang dipakai untuk menggambarkan potensi kandungan mineral. Kategori klasifikasi yang baku terbagi menjadi sumber daya (resource) dan cadangan (reserve). Sumber daya mineral sendiri digolongkan menjadi angka tereka (inferred), tertunjuk (indicated), dan terukur (measured). Sementara cadangan mineral digolongkan menjadi terkira (probable) dan terbukti (proven). Dengan definisi yang baku, maka investor pun bisa lebih mudah membaca dan membandingkan laporan eksplorasi yang disajikan.

Aturan NI 43-101 itupun terus menerus diperbarui, dengan revisi terakhir pada 30 Juni 2011. Dalam perkembangannya, aturan yang berlaku di Kanada itu juga mengakui legitimasi semakin banyak kode standar pelaporan eksplorasi dari berbagai penjuru dunia, misalnya JORC (Joint Ore Reserves Committee – Australia), Kode PERC (Pan European Reserves and Resources Reporting Committee), serta Kode SAMREC (South African Mineral Re-source Committee).

Negeri Kangguru, Australia, juga merupakan salah satu yang terdepan dalam standarisasi aturan untuk melindungi investor dari penipuan saham tambang. Australian Institute of Mining and Metallurgy (AusIMM) telah mengembangkan standar pelaporan hasil ekplorasi melalui Kode JORC serta kodifikasi untuk penilaian dan valuasi aset sumber daya mineral melalui Kode VALMIN. Kode JORC pertama kali disahkan pada tahu 1989, dengan revisi terkini terbitan 2012. Sementara Kode VALMIN pertama kali dirilis tahun 1995, dan saat ini sedang menunggu pengesahan revisi 2015.

Upaya-upaya pengetatan aturan terus dilakukan, sehingga ruang gerak oknum penipu berkedok saham tambang semakin sempit. Namun pemerintah dan otoritas bursa hanya dapat berperan dalam memberikan payung hukum dan pengawasan. Kewaspadaan calon investor dan kecerdasan dalam memilah informasi tetap menjadi kunci agar tak terjerumus goda kilauan emas.

 

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar