Ekonomi Lesu, Sewa Perkantoran Bisa Susut

19JAKARTA. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tengah melambat berdampak pada sewa gedung perkantoran di Jakarta. Beberapa penyewa mulai menghindari gedung perkantoran yang berlokasi strategis seperti di central business district (CBD) atau pusat bisnis Jakarta.

Bagus Adikusumo, Director Office Services Colliers International Indonesia memprediksi akan terjadi penurunan sewa kantor di kawasan bisnis atau central business district (CBD) Jakarta, akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi. Ia menyebut beberapa perusahaan memilih memangkas biaya operasional mereka, salah satunya dengan menyewa ruang kantor yang lebih murah. Seperti migrasi ke kawasan perkantoran non CBD.

Ia mencontohkan beberapa perusahaan yang bermigrasi ini diantaranya perusahaan yang bergerak di bisnis makanan dan minuman, serta minyak dan gas. Mereka diprediksi akan boyongan menyewa kantor di kawasan non CBD untuk efisiensi.

Colliers International Indonesia mencatat tingkat okupansi gedung perkantoran  di pusat bisnis Jakarta memang turun, meski tipis. Pada  semester I-2015, rata-rata tingkat hunian gedung perkantoran di pusat bisnis Jakarta jadi 93,7%, turun 1,9%  jika dibandingkan dengan tingkat hunian pada periode serupa tahun lalu yang tercatat 95,6%

Belum terasa

Meski dalam catatan Collier ada penurunan tingkat okupansi, perusahaan pemilik gedung masih optimistis bisa mengais fulus. “Gedung perkantoran kami masih stabil tingkat okupansinya,” klaim Theresia Rustandi, Sekretaris Korporasi PT Intiland Development Tbk, kepada KONTAN, Rabu (23/9).

Ia mencontohkan Intiland Tower yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, saat ini, tingkat hunian gedung perkantoran masih 99%.

Begitu pula dengan dua gedung perkantoran kelolaan Intiland lainnya, seperti Grand Pratama di bilangan Gatot Subroto Jakarta yang sekitar 90%. Di luar Jakarta seperti Intiland Tower di kota Surabaya yang masih mencatatkan tingkat hunian hingga 87%.

Malah, Theresia menyebut satu proyek gedung perkantoran kelolan Intiland, yakni South Quarter yang berlokasi di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan sudah tersewa sekitar 75%. Padahal, status gedung ini belum siap huni.

Intiland bakal mengoperasikan gedung perkantoran tersebut pada kuartal IV-2015 lantaran sudah masuk proses serah terima. Proyek South Quarter sendiri  menempati lahan 7,2 hektare (ha) dan punya tiga menara perkantoran.

Theresia mengklaim saat ini Intiland belum mengalami penurunan permintaan sewa gedung sehingga belum perlu memangkas harga sewa untuk menarik penyewa.

Ke depan, Intiland bakal terus berupaya mempertahankan pertumbuhan bisnis gedung perkantoran dengan mengandalkan lokasi, konsep gedung, jenis penyewa serta fasilitas penunjang.

Tak mau kalah, Harun Hajadi, Managing Director Ciputra Group juga, mengklaim perusahaan ini juga masih mencatat pertumbuhan positif di bisnis sewa gedung perkantoran. Pasalnya, Ciputra memiliki lokasi gedung perkantoran di pusat bisnis Jakarta. Misalnya Ciputra World Jakarta yang berlokasi di pusat bisnis Kuningan, Jakarta.

Selain lokasi yang strategis, perusahaan ini juga selektif memilih para penyewa atau tenant. Artinya, Ciputra ingin mencari perusahan yang mau menyewa ruang kantor untuk jangka panjang. “Kami memilih tenant seperti perusahaan besar dan punya komitmen,” kata Harun tanpa memerinci tingkat okupansi di gedung perkantoran miliknya.

Yang jelas, bisnis sewa gedung kantor tidak memberikan banyak pengaruh bagi bisnis properti Ciputra Group. Soalnya, porsi bisnis perkantoran ini kurang dari 5% dari total portofolio bisnis perusahaan ini. Bisnis properti perumahan masih mendominasi usaha Grup Ciputra.

 

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar