Meski rencana demo para pengojek Gojek batal digelar, perubahan besaran tarif dan bonus masih menjadi pertanyaan sopir ojek online. Apakah ini pertanda bisnis aplikasi transportasi tersendat?
JAKARTA. Rasa sukacita para pengojek atau yang sementara waktu berkiprah jadi tukang ojek berubah drastis. Salah satu pengelola aplikasi transportasi, PT Gojek Indonesia mengubah tarif jasa pengojek. Dari semula Rp 4.000 per kilometer (km) menjadi Rp 3.000 per km.
Selanjutnya, penerapan bonus pun berubah. Sebelumnya, bonus Rp 50.000 diberikan apabila pengemudi mendapat lebih dari lima pelanggan per hari. Kini, bonus baru diberikan jika mereka sudah memperoleh delapan pelanggan per hari.
“Biasanya, kalau ada perubahan kami diberitahu lewat SMS atau ada notifikasi di aplikasi. Tapi, kali ini tidak ada,” kata Hasan Sambasi, pengemudi Gojek di depan Kantor Pusat Gojek, Jakarta Selatan, Selasa (3/11).
Senada dengan Hasan, driver lain Muhammad Nisa (42) pun mengaku tidak diberitahu soal perubahan tarif tersebut. “Tidak ada pengumuman. Selama ini ada perubahan tarif dan promosi juga tidak ada pengumuman,” keluh Nisa.
Sejatinya, pada Selasa (3/11) kemarin, pengemudi ojek online dari Gojek bakal berunjuk rasa mempertanyakan perubahan kebijakan tersebut kepada manajemen Gojek. Selidik punya selidik, manajemen Gojek sepertinya sudah memberi spy war ke para pengojek.
Seorang driver bernama Ubaidillah Yahya (52) mengungkapkan, batalnya aksi demo itu karena rasa ketakutan akan dijatuhi sanksi oleh pihak Gojek. Para driver nampaknya mengurungkan niat karena khawatir mendapat teguran.
Pihak Gojek menolak berkomentar banyak mengenai aksi demo ini. Chief Financial Operation Gojek Kevin Aluwi mengklaim sejauh ini tidak ada masalah yang terjadi antara manajemen Gojek dengan para pengemudi Gojek. Termasuk apakah pihak Gojek Indonesia sedang mengalami persoalan pendanaan. “Sekarang sudah tidak ada masalah. No comment,” kata Kevin singkat.
Terlepas dari batalnya aksi demo tersebut, perubahan kebijakan pemberian bonus dan perubahan tarif ini masih mengundang tanda tanya. Biasanya setiap perubahan kebijakan tarif atau harga berbanding lurus dengan pendapatan atau sumber dana yang dikeuarkan oleh instansi perusahaan.
Apalagi sejauh ini sumber pendapatan ataupun seluk bisnis hitungan bisnis Gojek Indonesia sulit ditebak. “Kami memang tidak bisa ditebak,” ujar Nadiem Makarim, CEO Gojek Indonesia suatu waktu.
Apakah siklus hidup Gojek Indonesia dan aplikasi transportasi lain memang bertumpu pada investor? Waktu yang menjawab.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar