Data Stok Jagung Kian Simpang Siur

jagungJAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) mengklaim bahwa stok jagung bahan baku pakan ternak aman sampai akhir tahun. Jaminan Kemtan itu berdasarkan pada stok sejumlah daerah penghasil jagung yang sudah memasuki panen raya.

Kemtan mengklaim, saat ini sudah menurunkan tim di empat provinsi yang jadi sentra produksi jagung nasional, yaitu Jawa Timur (Nganjuk, Kediri, Blitar, Jember), Sumatra Utara, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan (Gowa, Takalar, Bantaeng).

Catatan Kemtan, saat ini di Sulawesi Selatan ada lahan jagung seluas 10.000 hektare (ha) yang siap panen raya pada akhir tahun ini. Tingkat produktivitas jagung di lahan tersebut rata-rata mencapai 7,5 ton per ha. Artinya, hasil panen jagung di lahan tersebut bisa mencapai 75.000 ton.

Selain itu, berdasarkan Angka Ramalan II (Aram II) Tahun 2015 Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung tahun ini bisa mencapai 19,83 juta ton pipilan kering atau naik 4,34% dari tahun lalu. Kenaikan produksi didorong bertambahnya luasnya panen jagung sebanyak 22.610 ha dengan tingkat produktivitas sebesar 1,85 kuintal per ha.

Nasrullah, Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kemtan mengatakan, berdasarkan data-data tersebut, pemerintah optimistis stok jagung untuk industri pakan ternak aman. “Dari data BPS dan pengecekan langsung di lapangan ini, kami optimistis produksi jagung dalam negeri cukup untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak sebanyak 500.000 ton,” ujar Nasrullah, Jumat (6/11).

Andi Amran Sulaiman, Menteri Pertanian, menjamin stok jagung di pasaran dalam negeri aman hingga akhir tahun. Bahkan, kata dia, Indonesia sudah mulai mengekspor jagung 400.000 ton dari target tahun ini 4,6 juta ton.

Harga jagung naik

Desianto Budi Utomo, Sekretarus Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) meningkatkan, angka ekspor tersebut tidak mencerminkan surplus produksi jagung Indonesia. Pasalnya, Indonesia baru mengekspor jagung ke Filipina yang memang membebaskan bea masuk.

Karena itu, sentra produksi jagung di Gorontalo dan Dompu NTB lebih memilih menjual ke pasar Filipina karena harganya lebih tinggi. Apalagi, biaya kirim ke Filipina dengan Pulau Jawa tak jauh beda.

GPMT memproyeksikaan industri pakan ternak butuh 800.000 ton jagung per bulan atau 9,6 juta ton per tahun. Lantaran produksi nasional tidak mencukupi, perusahaan pakan ternak mengajukan impor 2,8 juta ton jagung tahun ini. Angka ini lebih rendah dari realisasi impor tahun llau 3,1 juta ton. Sampai saat ini GPMT sudah merealisasikan impor sebanyak 2,4 juta ton.

Cuma, akibat Kemtan menahan impor jagung awal Oktober lalu, industri pakan ternak masih kekurangan bahan baku jagung. “Saat ini ada 50.000-70.000 ton jagung untuk pengiriman Oktober 2015 yang tertahan di pelabuhan dari total 400.000 ton,” kata Desianto, Minggu (8/11).

Maxdeyul Sola, Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional menimpali, target ekspor jagung dari pemerintah tak realistis. “Kalau pemerintah bilang ada surplus besar, itu tanda tanya,” ujarnya.

Apalagi, kata dia, harga jagung di pasaran masih tinggi. Menurut Kemtan, saat ini harga jagung di tingkat petani dengan kadar air 25% Rp 2.800 per kilogram (kg)-Rp 3.200 per kg, setelah sempat jatuh di level Rp 1.700 per kg. sedangkan harga di gudang pabrik Rp 3.300-Rp 3.800 per kg.

Namun, saat ini harga jagung franco pabrik dengan kadar air 15% sudah tembus Rp 4.500 per kg. tingginya harga ini jadi indikasi kelangkaan jagung di pasaran. “Ini harga tertinggi sepanjang sejarah,” ujar Desianto.

 

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , ,

1 reply

Trackbacks

  1. Data Stok Jagung Kian Simpang Siur | Pasar Jagung

Tinggalkan komentar