JAKARTA. Penjualan produk pendingin ruangan atau air conditioner (AC) sepanjang tahun ini tidak menggembirakan. Dua produsen elektronik mengindikasikan, penjualan penyejuk udara ini hanya tumbuh sekitar 1%-7% saja sampai akhir tahun 2015.
Santo Kadarusman, Public Relations dan Marketing Event Manager PT Hartono Istana Teknologi menjelaskan, meskipun ada kemarau panjang tahun ini penjualan produk AC, merek Polytron tak sececah tahun lalu yang bisa tumbuh di atas 10%
Tahun ini, penjualan AC keseluruhan tumbuh mini karena daya beli turun. Namun begitu, Santo mengklaim, Polytron termasuk yang beruntung menjual AC, karena tumbuh 7% di kuartal lll 2015 ketimbang periode yang sama tahun lalu. “Penjualan AC naik karena ada program promosi beli AC gratis ponsel atau lainnya,” kata Santo kepada KONTAN, senin (9/11)
Program promosi di semester l-2015 itulah yang membantu penjualan AC Polytron saat pasar AC lesu. Walaupun penjualan naik, namun santo meragukan ada kenaikan laba pada penjualan AC.
Sebab, sepanjang tahun ini, Polytron harus berjibaku mengatasi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Maklum, Polytron masih mengandalkan 45% komponen impor untuk merakit AC di Indonesia.
Untuk menekan kerugian dari selisih kurs ini, Polytron sejatinya sudah menaikkan harga jual sekitar 6%-10% sepanjang kuartal lll 2015. “Mulai 1 Oktober 2015 lalu kami juga berencana menaikkan harga lagi, namun kami batal karena kurs rupiah kembali menguat,” jelas Santo.
Berbeda dengan penjualan AC merek Sharp yang hanya tumbuh 1% tahun ini. Herdianan Anita Pisceria, General Marketing Product Planning Division, PT Sharp Electronic Indonesia bilang, Sharp hanya mematok kenaikan penjualan AC sebesar 2% tahun ini.
Agaknya, penjualan produk AC milik Sharp terkena dampak pelemahan daya beli akibat pelemahan ekonomi Indonesia. Asal tahu saja, di pasar AC ini, Sharp mengklaim menduduki posisi penjualan nomor dua dengan pangsa pasar sebesar 19%
Sama dengan Polytron, bisnis Sharp di Indonesia sepanjang tahun 2015 ini berhadapan dengan pelemahan nilai tukar. Maklum, sebagian produsen elektronik, Sharp masih mengimpor 60% komponen dari berbagai Negara.
Untuk mengatasi gejolak nilai tukar mata uang ini, Sharp sejatinya sudah menaikkan harga jual secara bertahap sampai 20%.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar