Industri Dukung Transaksi Pakai Mata Uang China

yuanPelaku industri menilai, rupiah akan stabil jika yuan masuk sebagai alat transaksi internasional

JAKARTA. Rencana Lembaga Moneter International atau IMF menjadikan mata uang China atau yuan sebagai salah satu mata uang internasional mendapat sambutan positif dari pelaku usaha Indonesia. Pengusaha menilai, rencana tersebut akan menguntungkan bagi Indonesia.

Sebab, Indonesia punya hubungan dagang cukup erat dengan China. Selain ekspor, Indonesia juga mengandalkan impor dari China, terutama impor bahan baku industri. Saalah satu industri yang mengandalkan impor bahan baku itu adalah industri tekstil.

“Selama ini kami transaksi pakai dolar Amerika Serikat (AS) yang cenderung menguat, sehingga beban impor kami mahal. Jika transaksi pakai yuan dan nilai tukarnya lebih murah, tentu beban impor kami berkurang,” kata Ade Sudrajat, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) ke Kontan, Jumat (27/11).

Jika beban impor berkurang, maka biaya produksi tekstil Indonesia ikut turun. Kalau biaya produksi turun, harga tekstil Indonesia menjadi lebih murah. Hasilnya, tekstil Indonesia bisa bersaing di pasar global.

Namun, Ade belum bisa memperkirakan berapa besar penurunan biaya produksi jika transaksi memakai yuan terlaksana. Selain tekstil, Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik (Inaplas) juga melontarkan pendapat kurang lebih senada.

Budi Susanto Sadiman, Wakil Ketua Inaplas menambahkan, transaksi memakai yuan bisa menjadi pilihan saat dolar AS fluktuatif. “Sehingga pengusaha bisa memilih transaksi mata uang yang menguntungkan,” kata Budi.

Pendapat yang sama juga disampaikan Uthan M Arif Sadikin, Direktur PT Multistrada Arah Sarana Tbk, pabrikan ban. Menurut Uthan, adanya pilihan transaksi selain memakai dollar AS bisa membuat nilai tukar rupiah stabil. Sebab, saat dolar AS tidak stabil pengusaha bisa memakai yuan.

Selama ini, pengusaha tak bisa melakukan apa-apa saat dolar AS menguat. Mereka tetap membeli dolar AS untuk transaksi dengan risiko rupiah melemah. Ketika ada pilihan transaksi yang lebih murah dengan yuan, tentu pilihan ini akan diambil oleh pengusaha. “Jika ini terjadi, perdagangan Indonesia menjadi lebih baik,” ujar Uthan.

Saat ini, Multistrada mengandalkan impor bahan baku dari China. Transaksi yang mereka lakukan selama ini memakai dolar AS. “Kami tak punya alternatif transaksi selain memakai dolar AS,” jelas Uthan.

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar