
JAKARTA. Pengguna solar dan bensin bisa lega sedikit. Pemerintah menurunkan harga jual solar dan bensin. Harga bensin turun dari Rp 7.400 menjadi Rp 7.150 per liter. Sementara harga solar bersubsidi turun dari Rp 6.700 menjadi Rp 5.950 per liter.
Konsumen senang, Pertamina merasa sebaliknya. Ahmad Bambang, Direktur Pemasaran Pertamina menyatakan, penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bisa merugikan pertamina. Sebagai catatan, saat ini hanya solar yang masih disubsidi negara sebesar Rp 1.000 per liter.
Ahmad menyatakan, memang dalam tiga bulan terakhir ini Pertamina meraih keuntungan dari penjualan. “Kalau menghitung sampai Rabu (23/12), ya untung cukup besar, sehingga harga BBM memang harus turun,” ujar Ahmad Bambang kepada KONTAN, Rabu (23/12).
Namun dia mengklaim, Pertamina rugi dari bisnis BBM subsidi ini jika menghitungnya selama tahun ini. Hingga akhir Desember 2015, akumulasi kerugian Pertamina dari BBM bersubsidi sekitar Rp 8 triliun-9triliun.
Penyebabnya, pemerinah yang semestinya menaikkan harga BBM pada pertengahan tahun ini, tidak melakukannya. Karena itu Ahmad berharap pemerintah tak mengulang kebijakan sama agar tidak merugikan Pertamina.
Dengan kata lain, saat harga minyak mentah dunia naik, harga BBM subsidi juga naik. Begitu juga sebaliknya, saat harga minyak mentah turun, harga BBM subsidi juga turun.
Wianda Pusponegoro, Vice President Corporate Communication Pertamina, menambahkan, pemerintah harus mempertimbangkan keekonomian bisnis BBM subsidi. Dengan cara ini, sebgai korporasi Pertamina tak harus menanggung beban subsidi yang seharusnya diberikan oleh negara kepada masyarakat.
Sebagai catatan, penurunan harga BBM ini sejatinya masih terlalu kecil. Sebab, harga minyak mentah sudah jauh dibawah asumsi dasar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2015 yang sebesar US$ 70 per barrel. Lihat saja, sepekan terakhir, harga minyak mentah di pasar spot berkisar di angka US $36,14 per barel.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said berkilah, pemerintah baru bisa menurunkan harga BBM subsidi lantaran harus menjaga agar Pertamina yang bertugas untuk menjadi penyalur BBM subsidi tidak mengalami kerugian.
Pertimbangan lain yang selalu didengungkan pemerintah adalah saat harga minyak mentah dunia turun, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat justru melemah. Alhasil, ongkos impor BBM tetap mahal.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar