Produksi dan Ekspor Kelapa Sawit Diprediksi Melambat

JAKARTA. Optismisme menggelayuti para pengusaha kelapa sawit memasuki tahun 2016. Meskipun tahun lalu dilanda kemarau panjang atau El Nino, tapi produksi minyak kelapa sawit atau Crude Plam Oil (CPO) tahun ini diperkirakan bakal terus melaju.

Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan, tahun 2016 produksi CPO bisa menembus angka 33 juta ton atau naik dari produksi tahun lalu yang hanya 31,5 juta ton. ”Memang kami sebelumnya menargetkan produksi CPO tahun 2016 mencapai 35 juta ton,” ujar Fadhil kepada KONTAN, Senin (4/1).

Menurut Fadhil, produksi bisa berkurang karena pengaruh El Nino tahun 2015 masih akan terasa di tahun ini. Apalagi, pengusaha kelapa sawit juga tengah mengantisipasi kemungkinan El Nino terulang lagi tahun 2016.

Karena ada revisi target produksi, proyeksi ekspor pun bisa jadi meleset dari target semula 23 juta ton-24 juta ton. Asal tahu saja, ekspor CPO tahun 2015 lalu diprediksi mencapai 22,5 juta ton atau naik dari ekspor tahun 2014 yang mencapai 21,7 juta ton.

Fadhil bilang, dengan sepinya pasar ekspor CPO, khususnya penurunan permintaan dari China dan India, pada tahun 2016 ini, pengusaha kelapa sawit akan tetap melanjutkan upaya perluasan pasar ekspor ke negara non tradisional, seperti Timur Tengah.

Derom Bangun, Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) meminta kepada pemerintah untuk ikut dalam mempromosikan hasil produksi CPO ke berbagai negara lewat jalur diplomasi.

Dia bilang, prospek pasar CPO masih cukup luas meskipun harganya tengah terpuruk. Karena itu, dukungan terhadap industri CPO bukan hanya dari sisi dalam negeri lewat pemberlakuan pungutan ekspor dan pengelolaan dana oleh pemerintah, melainkan juga perlu diplomasi yang aktif ke berbagai negara. “Selama ini, kelapa sawit Indonesia dihantam berbagai kampanye negatif yang membuat citra produk sawit kita terpuruk,” ujarnya.

Derom bilang, setiap tahun permintaan ekspor CPO selalu bertambah sekitar 4 juta ton. Tahun 2015 lalu, kebutuhan CPO secara global mencapai 58 juta ton dan mayoritas dipenuhi dari Indonesia dan Malaysia.

Derom optimistis bahwa pasar ekspor CPO akan pulih dan harga akan kembali merangkak naik setelah program hilirisasi berupa produksi biodiesel mulai bergairah dengan kepastian berjalannya program campuran 20% biodiesel ke dalam solar atau B20 tahun ini.

Selama tahun 2015, harga CPO di pasar global berfluktuasi di kisaran US$ 570 per ton dan tahun ini diperkirakan mencapai US$ 600 per ton.

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , ,

Tinggalkan komentar