
JAKARTA. Industri alat berat kesulitan memacu penjualan tahun ini. Bisnis tambang yang belum menggeliat dan turunnya harga komoditas, membuat bisnis ini sulit mencetak kinerja positif.
Sara K. Loebis, Sekretaris Perusahaan PT United Tractor Tbk memproyeksikan, kondisi penjualan alat berat tahun ini kurang lebih sama dengan tahun 2015 lalu.
Sebab, belum ada tanda-tanda kenaikan atau pertumbuhan bisnis tambang dan perkebunan yang selama ini menjadi pasar andalan alat berat. “Selama ini kami mengandalkan bisnis tambang dan perkebunan,” kata Saara kepada KONTAN, Kamis (14/1).
Sara menceritakan, kondisi harga komoditas seperti kelapa sawit masih murah. Begitu juga dengan harga karet. Kondisi serupa juga menerpa harga batubara yang masih berkeliaran di harga rendah.
Turunnya harga komoditas dan tambang ini membuat pengusaha menunda ekspansi termasuk membeli alat berat baru. Menurut Sara, sampai November 2015 lalu, penjualan alat berat United Tractor turun 41% menjadi 2.002 unit.
Adapun pada periode yang sama 2014, penjualan mereka tercatat 3.403 unit. Untuk tahun ini, Sara memperkirakan, penjualan United Tractor sama dengan tahun 2015.
Namun begitu, ada sedikit harapan dari kenaikan penjualan alat berat untuk infrastruktur pemerintah. “Kami melihat ada banyak pembangunan tahun ini, ini factor positif. Hanya saja, kondisi ini tidak berkontribusi banyak ke pendapatan, tetapi masih bisa menolong,” terang Sara.
Untuk mendorong pendapatan bisnis alat berat ini, perusahaan berkode saham UNTR di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini berharap kenaikan penjualan dari suku cadang dan servis.
Sampai Kuartal III-2015 lalu, pendapatan UNTR dari suku cadang dan service kit naik 6% menjadi Rp 4,6 miliar. “Tahun ini kami harap bisa naik lagi,” harap Sara. Adapun dari sisi merek alat berat yang terjual, yang terbanyak adalah merek Komatsu ketimbang merek lainnya seperti UD Truck ataupun Scania.
Lesunya bisnis alat berat yang juga disampaikan Benny Kurnijaya, Presiden Direktur PT Jakarta International Machine Centre (Jimac). Benny bilang, penjualan alat berat 2016 tak jauh berbeda dengan tahun 2015.
Namun begitu, benny melihata ada peliang kenaikan penjualan dari infrastruktur. “Penjualan alat sektor konstruksi mulai ada perbaikan,” kata Benny.
Dalam penilaian Benny, bergulirnya proyek infrastruktur pemerintah akan menjadi angin segar bagi industry alat berat. Untuk itu, Benny tahun ini akan fokus mengikuti tender pengadaan alat berat yang diselenggarakan perusahaan pelat merah.
Dalam proyeksi Asosiasi Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi), tahun ini permintaan alat berat masih sama dengan tahun lalu. “Tahun 2016 ini akan sama dengan tahun 2015 lalu,” kata Jamaluddin, Ketua Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi).
Adapun tahun 2015 lalu, permintaan alat berat nasional turun 21% menjadi 4100 unit ketimbang 2014 sebanyak 5172 unit.
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar