Awas Ada Mimpi Investasi Bodong

 

tabloid

Menilik tawaran investasi dengan imbal hasil tinggi (HYIP) dari Dream for Freedom.

Siapa sih orang di dunia ini yang tak ingin mendapatkan keuntungan yang banyak? Kalau ada mungkin orang itu tak waras. Namun terkadang kemauan mendapatkan cuan besar itu membutakan mata.

Tak heran banyak kejahatan terjadi karena orang tak sabar ingin mendapatkan kekayaan. Hal ini juga kerap terjadi di dunia investasi. Banyak orang yang tak peduli dengan janji manis imbal hasil investasi yang menggiurkan. Padahal seringkali investasi itu bodong.

Sampai saat ini, masih banyak tawaran investasi yang menjanjikan imbal hasil tinggi, atau istilah bekennya high yield investment program (HYIP), beredar di masyarakat. Sata satu yang masih beken saat ini adalah Dream for Freedom (D4F) yang berada di bawah PT Promo Indonesia Mandiri. Tawaran ini berjalan sejak Januari 2015.

Tawaran imbal hasil dari program ini cukup menggiurkan. Para calon anggota bisa bergabung D4F dengan memilih berbagai paket, dengan modal awal mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 30 juta. Calon anggota juga harus membayar biaya registrasi sebesar Rp 200.000. Anggota dijanjikan pemasukan pasif hingga sekitar 30% per bulan.

Jadi awalnya peserta harus menyetorkan biaya registrasi, yang disebut tiket registrasi oleh partisipan, plus modal awal sesuai paket yang dipilih. D4F punya istilah khusus untuk penyetoran modal awal ini, yakni send dream (SD).

Lalu, sekitar 15 hari setelah melakukan send dream, partisipan akan mendapat imbal hasil. Pencairan imbal hasil ini disebut get freedom. Duit imbal hasil ini berasal dari modal yang disetorkan investor lain yang melakukan send dream.

Apa yang membuat D4F ini sukses menarik peminat? Solihin, salah satu partisipan D4F, yang juga sudah menjabat sebagai leader, mengatakan D4F ini bukanlah program investasi atau sejenisnya. Ia menyebut D4F sebagai bisnis komunitas.

Anggota D4F lainnya, Ronny Maitun, mengatakan, sudah bergabung dengan D4F sejak Februari 2015, sebulan setelah D4F launching. Mulanya, Ronny berinvestasi dengan jumlah kecil, yakni Rp 1 juta. Setelah sukses dan merasa untung menanamkan duit di D4F, Ronny nekat menanamkan Rp 10 juta. “Saya coba dengan paket kecil, lalu ke paket besar. Setahun tidak ada masalah,” ucap dia.

Perusahaan ini pun memang tidak main-main dalam mengembangkan promosinya. Menurut keterangan di situsnya, D4F baru saja mengadakan seminar besar di ICE Convention Hall BSD, Tangerang, pada November tahun lalu. Acara tersebut dihadiri ratusan partisipan.

Jumlah partisipan D4F saat ini juga sudah cukup besar. Salah satu anggota Dream for Freedom adalah Melinda Putri asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Melinda mengaku, saat ini anggota Dream for Freedom sudah menyentuh satu juta orang. “Saya baru gabung sejak November 2015, tapi pada saat pertemuan pusat sudah ada anggota sejuta orang,” ujarnya.

Meski baru bergabung, Melinda mengaku sudah meraup keuntungan hingga Rp 10 juta. Ia juga sudah berhasil merekrut sekitar 12 orang.

Melinda berkisah, karena masih berstatus mahasiswa tingkat dua di sebuah perguruan tinggi, kesulitan merekrut anggota baru memang dirasakannya. “Karena, kan, biayanya juga nggak sedikit. Jadi, selama ini semua yang saya ajak itu dari kenalan di luar kampus,” kisah dia.

Meski masih berstatus sebagai mahasiswa, Melinda tidak berinvestasi dalam jumlah kecil di Dream for Freedom. “Saya mulai dengan paket gold senilai Rp 5 juta,” tutur Melinda.

Anggota komunitas Dream for Freedom lainnya adalah Khairul Ramadhan. Khairul tercatat sebagai salah satu leader di Dream for Freedom.

Menurut Khairul, sejak beroperasi di awal 2015 silam, perkembangan jumlah anggota D4F memang terhitung dahsyat. “Perkembangannya memang pesat, karena apa yang kami tawarkan itu jelas dengan bisnis yang menarik,” tambah dia sembari berpromosi.

 

Pemasaran pasif

Meski hingga saat ini belum ada gelombang partisipan D4F yang mengeluh kesulitan menarik imbal hasil, tawaran investasi dari D4F tetap perlu diwaspadai. Sebagaimana beberapa program sejenis sebelumnya, D4F ini juga mengandalkan masuknya peserta baru.

Selama masih ada peserta baru masuk dan peserta lama melakukan send dream, peserta masih bisa tetap mendapat imbal hasil. Tapi, bila tidak ada peserta yang send dream, atau di saat bersamaan banyak peserta yang melakukan get freedom, duit peserta berpotensi macet.

Memang, D4F mengklaim hal ini tidak akan terjadi. Pasalnya, D4F juga memutar duit peserta di bisnis e-commerce. Perusahaan yang disebut sebagai induk D4F, yakni PT Promo Indonesia, juga mengelola sebuah situs iklan barus yang bernama Promonesia. Selain itu, ada juga situs penjualan tiket bernama Loketnesia.

Tapi, Kepala Departemen Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Anto Prabowo mengakui, hadirnya kegiatan investasi berimbal hasil tinggi yang mengatasnamakan Dream for Freedom ini sudah cukup meresahkan. Bahkan saat ini, ia bercerita program HYIP tersebut telah memiliki aplikasi yang tersedia yang tersedia di Android, dan telah diunduh atau download sekitar seribu orang.

Anto menceritakan, D4F cukup gencar memasang iklan, hingga membuat seminar di pusat perbelanjaan. Bahkan ada klaim bahwa produk ini telah lolos dari pengawasan OJK. “Jika mau terdaftar dalam

pengawasan OJK, maka suatu usaha harus melewati tes administrasi dan uji kelayakan. D4F tidak mungkin bisa melewati itu,” tukas Anto.

Selain itu, pengelola dan penanggungjawab prgram ini tidak jelas. KONTAN sempat mendatangi kantor Promo Indonesia. Di situs Promonesia tertera kalau kantornya berada di Grand Slipi Tower, Level 42G-42H Jl. S. Parman Kav 22-24 Slipi, Jakarta Barat. Namun di tempat tersebut KONTAN tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Promonesia.

Lantai tersebut tercatat digunakan oleh perusahaan bernama PT Voffice. KONTAN pun sempat berbincang dengan petugas resepsionis bernama Rosi. Ia mengatakan, memang Promo Indonesia pernah menyewa daerah G-H di gedung tersebut. “Tapi baru bulan ini mereka pindah,” tutur Rosi. Sayang, Rosi tidak mengetahui ke mana perusahaan itu pindah.

KONTAN masih terus mencari konfirmasi keberadaan kantor Promonesia. Nah, salah satu manajer Emerald D3F Khairul Ramadhan mengatakan, kantor Promonesia memang sudah pindah ke APL Tower di Letjen. S. Parman, Jakarta Barat. “Tanggal 20 Januari nanti mau diadakan Grand Opening di APL Tower,” tambah Khairul.

KONTAN juga berusaha menghubungi Filli Mutaqien, yang disebut-sebut sebagai orang yang menciptakan sistem D4F ini, melalui akun twitternya, @filli_dream. Namun tidak ada tanggapan dari Filli.

Harus dihitung

OJK hingga saat ini belum bisa mengidentifikasi seberapa besar dana yang mengalir ke dalam kegiatan investasi berimbal hasil tinggi tersebut. Anto bilang, kasus ini nantinya akan ditindak lanjuti oleh Satgas Investasi. Pasalnya, OJK tidak bisa langsung memberi sanksi terhadap D4F sebab izin dari kegiatan ini berasal dari Kementerian Perdagangan. “Selain kami melakukan edukasi, kami memiliki kerja sama antarlembaga penegak hukum,” ujar Anto.

Lukas Setia Atmaja, pengajar investasi dan Ketua Departemen Keuangan Prasetiya Mulya, menyebutkan, sistem D4F ini tidak berbeda dengan program sejenis yang ramai sebelum ini. Pada awalnya, pengelola menawarkan produk investasi dengan imbal hasil amat tinggi. Skema ini hanya menguntungkan investor yang masuk di awal, karena mereka berada di ujung atas piramida.

Melalui getok tular dan kewajiban merekrut anggota baru, dana yang dihimpun perusahaan ini berkembang. Masalah baru timbul ketika anggota baru mula menyusut, sehongga dana tidak cukup untuk membayar imbal hasil bagi anggota lama.

Risza Bambang, perencana Keuangan One Shildt Financial Planning, mengingatkan masyarakat untuk terus waspada. Bila mendapat tawaran investasi baru, lihat tawaran keuangan yang dijanjikan. Jika jauh melewati inflasi dan tawaran investasi resmi seperti saham, itu menjadi indikasi money game.

Lalu, cari tahu lembaga dan institusi penggerak bisnis serta rekam jejaknya. Jangan lupa, mengecek ijin dan legalitasnya. “Terpenting ingat, investasi menggunakan suku bunga yang kemarin, bergerak berdasarkan past performance, bukan future performance,” kata Risza.

Jadi, kalau suatu bisnis baru berdiri tapi sudah menjanjikan keuntungan tinggi, tawaran itu mengacu pada data historis mana? Nah, Risza menyarankan, masyarakat menghindari investasi seperti ini.

Jadi, hati-hati supaya tidak sampai kejeblos.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar