Saham Perbankan Terguncang

Koreksi yang terjadi hanya bersifat sementara, lantaran investor merespons negatif rencana pemerintah membatasi margin bank

JAKARTA. Akhir pekan kelam bagi saham sektor perbankan. Sejak sesi satu perdagangan bursa saham, Jumat (19/2), saham perbankan berguguran. Aksi jual investor pada saham bank penggerak indeks terus terjadi hingga akhir sesi perdagangan kemarin.

Alhasil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meluncur ke bawah dengan penurunan 81,2 poin atau 1,7% menjadi 4.697,56. Sebab musababnya bermula dari rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membatasi margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) perbankan.

Empat saham bank yang menjadi jagoan penggerak IHSG kebakaran. Saham Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) ambrol 6,42% menjadi Rp 5.100 per saham. Bank Cental Asia Tbk (BBCA) turun 2,61% menjadi Rp 13.050. Kemudian saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) jebol 4,37% ke Rp 9.300 serta Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) merosot 4,58% ke Rp 11.450.

Sejumlah analis yang dihubungin KONTAN menilai, koreksi saham bank hanya sementara. Sebab, fundamental perbankan Indonesia masih kokoh.

Andy Wibowo Gunawan, analis Sucorinvest Central Gani, menilai, berita simpang siur mengenai pembatasan NIM menyebabkan investor merespons negative dan langsung melakukan aksi jual. “Padahal, masih belum jelas. Pemerintah tak bisa mengintervensi begitu saja soal NIM, “ujar dia. Penurunan saham bank diprediksi hanya sebentar. Nah, koreksi ini bisa menjadi peluang bagi saham bank kembali menanjak.

Aditya Perdana Putra, analis Semesta Indovest, mengatakan, ini bukan pertama kali pemerintah mengintervensi sehingga pasar bereaksi negative. Menurut Aditya, penurunan saham bank bisa berlanjut dalam tempo satu hingga dua minggu ke depan.

Investor asing masih merasa didera ketidakpastian soal ini sehingga memilih menunggu. Aditya memperkirakan, ada potensi penurunan 11% di saham perbankan dalam jangka pendek. “Asing melepas saham bank karena mereka sangat sensitive terhadap news. Dan mereka tidak mau mengambil risiko dari global,”ujar dia.

Namun dalam jangka panjang, Aditya memperkirakan, dorongan agar bank membatasi NIM bisa berdampak positif. Penurunan suku bunga kredit akan meningkatkan volume kredit. Sehingga kucuran kredit bank masih berpotensi tumbuh. Aditya, memprediksi, pertumbuhan kredit berkisar 14%-16% ditahun ini.

Lucky Bayu Purnomo, analis LBP Enterpise berpendapat, sentiment negative ini tak mengganggu knerja saham bank dalam jangka waktu lama. Secara fundamental, emiten perbankan sangat baik. Hal ini dapat terlihat dari kinerja sektor perbankan, yang pertumbuhannya di atas IHSG. “Ini sentiment jangka pendek dan pasar melihat regulasi serta kebijakan itu kurang market friendly,”kata dia.

Tahun ini Lucky memprediksi, sektor perbankan masih bullish dan tumbuh diatas IHSG. Apalagi rata-rata emiten sektor perbankan akan menerima pertumbuhan kredit dari penurun bunga acuan Bank Indonesia alias BI rate kemarin. Sehingga menjadikan penyaluran kredit tahun ini bakal lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

Andy menilai, penurunan saham bank justru menjadi momen pas membeli saham bank. Aditya juga merekomendasikan akumulasi buy saham-saham industry perbankan khususnya yang bervaluasi rendah, seperti BBNI dan BBRI.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 

 



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar