JAKARTA – Konsumsi rumah tangga di kuartal pertama tahun ini masih rendah. Indikator rendahnya konsumsi rumah tangga ini salah satunya melalui penjualan eceran yang menunjukkan tren perlambatan di awal tahun ini.
Hasil survey penjualan eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan, rata-rata pertumbuhan tahunan Indeks Penjualan Riil (IPR) kuartal I-2016 sebesar 10,8% year on year (YoY). Angka itu lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang 15,5% YoY. Namun angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang masih 9,9% YoY.
Sedangkan IPR pada Maret 2016 diperkirakan tumbuh 9,6% YoY. Perkiraan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan IPR pada Februari 2016 yang 9,9% YoY, dan pertumbuhan IPR pada Januari 2016 yang 12,9% YoY.
Melambatnya indeks tersebut, menurut BI, terutama disebabkan melambatnya penjualan alat informasi dan komunikasi menjadi 24,7% YoY, lebih rendah dibanding pertumbuhan Februari yang tumbuh 32,1% YoY. Penurunan itu terutama disebabkan penurunan penjualan eletronik seperti audio atau video.
Tak hanya itu, pada Maret juga diperkirakan terjadi kontraksi penjualan komoditas bahan bakar minyak (BBM) 16% YoY, lebih rendah dibanding kontraksi Februari 2016 yang 12,7% YoY.
Khusus pertumbuhan secara tahunan, IPR Februari 2016 melambat dibanding bulan sebelumnya karena perlambatan penjualan makanan dan non makanan. Penjualan makanan tumbuh sebesar 9,5% YoY, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 13,5% YoY.
Sementara itu, penjualan non makanan melambat menjadi 10,5% YoY dari bulan sebelumnya yang sebesar 12,1% YoY. Perlambatan tersebut karena menurunnya penjualan produk sandang.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kuartal I tahun ini dalam tren menguat. “Memang pertumbuhan penjualan eceran saat ini melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, Rabu (13/4).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan konsumsi masyarakat pada kuartal IV 2015 lalu sebesar 4,92% YoY. Sementara pada kuartal I 2015, pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih bisa mencapai angka 5%, yaitu 5,01%.
Dengan demikian, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama tahun ini diperkirakan berkisar antara 4,92%-5,01%.
Indiasi masih melambatnya konsumsi rumah tangga tak hanya tampak dari kontraksi penjualan eceran, penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) juga saat ini mengalami kontraksi.
Kementerian Keuangan mencatat, penerimaan PPN per akhir Maret 2016 hanya Rp 72,8 tirliun, lebih rendah dibandingkan peiode yang sama pada tahun sebelumnya yang Rp 82,6 triliun.
Ekonom Maybank Indonesia, Juniman melihat, pada kuartal pertama tahun ini beberapa indicator konsumsi belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Ia memperkirakan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tiga bulan pertama tahun ini berada di kisaran 4,92%-4,93%.
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar