Dominasi Produk Impor di Sentra Perkakas Glodok

Penguasaan pasar mesin perkakas oleh produk-produk impor dipicu harga yang lebih murah ketimbang produk lokal.

Ini setidaknya tergambar dari perdagangan mesin perkakas dan pertukangan di kawasan Glodok, Jakarta Barat. Sejak 1970-an sampai sekarang, kawasan Glodok terkenal sebagai sentra perkakas teknik dan pertukangan, tersebar dari kompleks pertokoan Glodok Blustru, Glodok Jaya, Pasar Metro Glodok, HWI Lindeteves, hingga Lindeteves Trade Center (LTC) Glodok.

Dari pantuan KONTAN, Rabu (13/4), hampir semua produk yang dijual oleh distributor dan toko ritel didominasi produk asing, terutama dari China, Taiwan, dan Jepang. Selain itu, sebagian kecil produk asal Eropa, seperti Jerman. Baik mesin-mesin perkakas ukuran kecil hingga besar, suku cadang, dan komponen untuk bahan mesin rakitan, semuanya berasal dari pabrikan luar negeri.

Harga bermacam produk tersebut umumnya lebih murah dibandingkan harga di luar kawasan Glodok, karena sebagian besar pedagang di sana adalah importir.

Mereka biasa membeli langsung dari pabrikan di Tiongkok. Heri Hermawan, penanggungjawab logistic PT Panatek di Pertokoan Glodok Jaya, mengakui, penjualan masih mengandalkan dari produk-produk impor. Lebih dari 90% produk mesin las, mesin bubut, mesin pemotong, mesin bor dan pengungkit merupakan merek-merek dari China. “Ada produk lokal tapi harganya lebih mahal, akhirnya konsumen beli yang impor,” tuturnya.

Tommi, karyawan Hoki Teknik LTC Glodok yang menyediakan suku cadang mesin las, menyebutkan, komponen sejenis buatan lokal sangat jarang ditemukan di pasar. “Kebanyakan menjual mesin las dari China. Jadi, otomatis suku cadangnya juga impor,” terangnya.

Namun, menurut Tommi, belakangan permintaan sedang sepi. “Penurunan penjualan bisa 50%,” ujarnya.

Heri juga merasakan adanya, penurunan daya beli masyarakat yang berimbas terhadap target penjualan di Panatek. “Tahun lalu penjualan masih cukup bagus. Tapi sejak awal tahun ini, penjualan sudah turun 25%,” ungkapnya.

Dampaknya, hanya sebagian dari 50 karyawan masuk pada hari Sabtu. Itu terjadi sejak setahun lalu, padahal sebelumnya seluruh karyawan harus masuk kerja karena sibuk melayani pelanggan dan barang.

Hendric G. Kusumo, Business Development Manager Diamond Jack di LTC Glodok, menganggap, penurunan permintaan pasar tidak hanya terjadi pada produk mesin perkakas, tapi secara umum semuanya terkena dampak situasi ekonomi yang tidak pasti. “Tahun lalu masih ada pembeli yang pesan barang dalam jumlah besar. Sekarang rata-rata satuan,” bebernya.

Dari semua produk tersedia di Diamond Jack, Hendric bilang, paling banyak peralatan impor dari China dan Jepang. Maklum, stok barang impor selalu tersedia dan mudah didapat. Berbeda dengan pasokan produk lokal yang terbatas jumlahnya. “Kami tidak menjual perkakas lokal, semuanya impor karena ada yang memasok langsung,” aku Lie Kun Cai, pemilik PD Samamantap Teknik di LTC Glodok.

Sama dengan pelaku usaha lainnya, Lie berharap, pasar segera pulih agar penjualan mereka bisa kembali normal.

Sumber: Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar