JAKARTA – Tingginya aliran modal asing yang masuk (capital inflow) pada kuartal kedua tahun ini diperkirakan akan mampu menutupi defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD). Bahkan Bank Indonesia (BI) memproyeksi, neraca pembayaran Indonesia (NPI) di kuartal II dan tahun ini akan mengalami surplus, setelah mencatatkan defisit sebesar US$287 juta di kuartal pertama lalu.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, CAD kuartal kedua tahun ini diperkirakan sebesar 2,18%-2,2% dari produk domestik bruto (PDB). Menurut Perry, besaran defisit tersebut tergolong rendah, walaupun sedikit melebar dari besaran CAD kuartal pertama yang sebesar 2,1% dari PDB atau US$ 4,7 miliar.
Besaran defisit tersebut lantaran kinerja impor Indonesia pada kuartal kedua belum mengalami perbaikan siginifikan. “Sebenarnya impor kita belum naik, karena ekonomi kita masih lemah. Jadi secara keseluruhan tahun ini CAD nya sekitar 2,2%-2,1% dari PDB,” kata Perry, awal Juli.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak Januari hingga Mei 2016 neraca perdagangan selalu mencatatkan surplus. Secara kumulatif Januari-Mei 2016, neraca perdagangan tercatat surplus US$ 2,7 miliar. Kinerja impor baru mengalami kenaikan pada Mei 2016 dibanding bulan sebelumnya, itu pun karena mendekati persiapan puasa dan Lebaran.
Menurut Perry, CAD tersebut dapat dibiayai oleh surplus neraca modal dan finansial yang tampak dari posisi cadangan devisa (cadev) per akhir Juni 2016. Perry memproyeksi, posisi cadev per akhir Juni meningkat cukup banyak dari akhir Mei yang sebesar US$ 103,6 miliar.
Peningkatan tersebut disebabkan adanya penerbitan Euro Bond €3 miliar dan Samurai Bond ¥100 miliar bulan lalu. Di sisi lain, besaran cadev yang digunakan untuk melakukan intervensi terhadap nilai tukar rupiah saat terjadi pelemahan pada pertengahan Juni hanya sedikit.
Potensi inflow
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, ke depan ada potensi peningkatan cadev yang signifikan akibat kebijakan tax amnesty. Bahkan, menurutnya, situasinya bisa serupa saat Amerika Serikat melakukan pelonggaran moneter melalui quantitative easing (QE).
Saat itu,kata dia, dana-dana beralih ke negara berkembang (emerging market) termasuk Indonesia sehingga likuiditas di Indonesia bertambah. Saat itu, kata Mirza, posisi cadev Indonesia naik dari US$ 60 miliar pada 2008 menjadi US$ 124 miliar pada 2010. “Jika tax amnesty ini dimanfaatkan, dan dananya bisa masuk lewat repatriasi, maka ada harapan cadev meningkat pesat kembali,” tutur Mirza.
Ekonom Maybank Juniman memproyeksikan capital inflow pada tiga bulan kedua pada tahun ini cukup banyak sehingga posisi cadangan devisa kembali naik menjadi US$ 107,2 miliar. Sepanjang bulan lalu inflow di pasar surat utang mencapai Rp 18,1 triliun, dan di pasar saham sebesar US$ 532,2 juta.
Meski akan segera digugat ke Mahkamah Konstitusi, UU Tax Amnesty berpotensi membawa dana repatriasi yang cukup besar sehingga neraca pembayaran Indonesia surplus sekitar US$ 1-US$ 2 miliar di kuartal kedua ini.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan NPI di kuartal kedua tahun ini masih defisit karena CAD diperkirakan melebar menjadi 2,15%-2,2% dari PDB. Sebab ekspor nonmigas masih rendah, investasi langsung masih rendah, dan swasata masih mengerem utang valas.
Penulis: Adinda Ade Mustami
Sumber: Harian Kontan, 11 Juli 2016 hal 20
http://www.pemeriksaanpajak.com
pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar