Penerimaan Pajak Stagnan

13JAKARTA– Pemerintah mencatat penerimaan pajak selama paruh pertama tahun ini baru mencapai Rp458,2 triliun atau 33,8% dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2016 sebesar Rp1.355,2 triliun.
Secara nominal, capaian tersebut relatif stagnan atau tidak tumbuh apabila dibandingkan periode yang sama tahun 2015 yang mencapai Rp458,5 triliun. Namun, secara persentase, target penerimaan pajak selama Januari hingga Juni pada tahun ini lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu yang sudah terpenuhi sekitar 35,4% dari target Rp1.294,2 triliun.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, rendahnya realisasi penerimaan pajak karena kondisi ekonomi domestik dan global yang belum kondusif. Jatuhnya harga minyak yang juga ikut menyusutkan hargaharga komoditas ekspor menjadi salah satu penyebabnya.

”Ekonomi Indonesia masih dibayangi oleh ketidakpastian dan tantangan ekonomi global. Perlambatan ekonomi China dan harga-harga komoditas yang masih lemah diperkirakan akan membayangi kita tiga hingga lima tahun ke depan,” katanya di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, kemarin.

Suahasil menyebut, realisasi penerimaan pajak penghasilan (PPh) nonmigas dan pajak pertambahan nilai (PPN) plus pajak penjualan barang mewah (PPnBM) yang menjadi andalan utama penerimaan pajak masing-masing tercatat sebesar Rp269,5 triliun dan Rp167,7 triliun. Sementara, realisasi PPh migas tercatat Rp16,3 triliun, pajak bumi dan bangunan Rp0,7 triliun, dan pajak lainnya Rp4 triliun. Suahasil juga mengatakan, meningkatnya restitusi pajak menjelang tax amnesty juga menggerus penerimaan PPN pada semester pertama ini.

Meski begitu, dia berharap kebijakan pengampunan pajak atau tax amnesty yang akan mulai diberlakukan pada pekan depan bisa menambah penerimaan pajak sekitar Rp165 triliun di sisa waktu enam bulan terakhir. ”Sampai akhir tahun kami tetap optimistis 100% (tercapai),” imbuhnya. Sementara, realisasi penerimaan bea dan cukai tercatat anjlok selama enam bulan pertama. Hingga akhir Juni capaian penerimaan bea dan cukai baru Rp60,2 triliun atau 32,7% dari target dalam APBNP 2016 sebesar Rp183,9 triliun.

Angka tersebut turun Rp17,5 triliun atau 22,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sudah terkumpul Rp77,7 triliun. Terkait hal itu, Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Heru Pambudi sebelumnya berujar, capaian penerimaan tersebut masih dalam proyeksi pemerintah. Realisasi penerimaan cukai yang menjadi kontributor utama penerimaan hingga 30 Juni baru terealisasi Rp42,9 triliun atau 29% dari target Rp141,7 triliun.

”Realisasi cukai akan melonjak pada akhir tahun karena adanya PMK (Peraturan Menteri Keuangan) No 20 tahun 2015. Pengusaha pabrik rokok dan importir barang kena cukai menunda pembayaran tapi nanti dibayar paling lambat 31 Desember,” terang Heru. Pengamat perpajakan Yustinus Prastowo menilai, masih rendahnya realisasi penerimaan pajak dan bea cukai tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang melambat.

Kondisi ini dinilainya membuat pemerintah khawatir karena pemerintah tengah mendorong realisasi belanja di tengah seretnya penerimaan.

 

Sumber: koran-sindo.com

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar