Realisasi Produksi CPO Masih Jeblok

JAKARTA. Produksi crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit tahun ini melesu. Hal tersebut terlihat dari realisasi produksi CPO sepanjang semester I-2016 yang hanya sebanyak 12,35 juta ton atau setara 37,4% dari target 33 juta ton tahun ini.

Pada bulan Juli lalu, produksi CPO hanya sekitar 2,6 juta ton. Jika dihitung dari Januari 2016, total produksi CPO tujuh bulan pertama tahun ini mencapai 14,95 juta ton. Produksi ini belum mencapai 50% dari target produksi CPO tahun ini.

Derom Bangun, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengatakan, penurunan produksi CPO pada semester I-2016 jauh di bawah rata-rata per tahun. Biasanya, produksi CPO pada semester pertama rata-rata di atas 40% dari target produksi tahunan. “Penurunan produksi ini terjadi karena gangguan kemarau panjang tahun lalu dan dampaknya terasa tahun ini,” ujar Derom, Rabu (3/8).

Menurut perhitungan DSMI, sekitar 40% dari total perkebunan sawit di Sumatra dan Kalimantan terkena dampak kekeringan tahun lalu. Karena itu, perkebunan yang mengalami kekeringan tahun lalu berpotensi mengalami penurunan produksi pada semester pertama tahun ini sekitar 5%.

Meskipun produksi CPO pada semester pertama tahun ini kurang menggembirakan, namun produsen CPO masih optimistis dapat mencapai target produksi 33 juta ton pada akhir tahun dengan peningkatan produksi pada semester II 2016. Biasanya, pada semester kedua, selalu terjadi lonjakan produksi, khususnya pada bulan September dan Oktober yang merupakan puncak produksi CPO setiap tahun.

Komisi ISPO tengah menjajaki pembukaan pasar CPO di Timur Tengah.

Karena itu, Derom memprediksi, bila produksi CPO pada bulan Agustus, September, dan Oktober, rata-rata di atas 3 juta ton per nulan, otomatis target produksi CPO sebanyak 33 juta ton akan tercapai.

Gamal Nasir, Ketua Komisi Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) menyebut, produksi CPO dalam negeri harus terus ditingkatkan. Pasalnya, meski pasar ekspor CPO tengah lesu, tapi Komisi IPSO tengah berupaya dan menumbuhkan pasar baru di luar Uni Eropa yang selama ini menerapkan standar tinggi.

Menurutnya, Indonesia tidak lagi harus tergantung kepada pasar di  Uni Eropa dalam pemasaran CPO. Sebab, sebagai produsen terbesar CPO di dunia, produksi Indonesia dibutuhkan banyak negara. “Kami sedang mendorong pembukaan pasar CPO di Timur Tengah. Potensi Ekspor di semenanjung Arab ini cukup potensial,” ujarnya.

Penulis : Noverius Laoli

Sumber : Kontan Harian

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar