
PDB kuartal III tumbuh di bawah 5,18%, ekonomi sepanjang 2016 bisa di bawah 5,1%
JAKARTA. Penurunan daya beli masyarakat diperkirakan berdampak pada pertumbuhan ekonomi tahun ini. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa ikut berpengaruh. Apalagi, factor penurunan daya beli, pemotongan anggaran belanja negara ikut mempengaruhi kelesuan ekonomi tahun ini.
Di kuartal ketiga tahun ini. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi relative lebih rendah dibandingkan kuartal kedua sebelumnya yang tercatat sebesar 5,18%. “Tetapi masih bisa mencapai 5,1%,”kata Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Jumat (9/9).
Sedangkan di sepanjang tahun ini, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bisa menembus 5%. “BI memperkirakan ekonomi Indonesia tahun ini 4,9%-5,3%, ya mungkin nantinya realisasinya di sekitar 5%-5,1%,”kata Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior BI.
Mirza mengatakan, daya beli masyarakat dipengaruhi oleh berbagai factor. Beberapa factor utama yang mempengaruhi daya beli masyarakat Indonesia pada tahun ini, yaitu, panen, harga komoditas, dan stabilitas kurs. Perubahan factor tersebut itu akan mempengaruhi target pertumbuhan ekonomi.
Investasi swasta turun
Tak hanya BI, Bank Mandiri juga memberikan catatan seputar pemotongan anggaran belanja oleh pemerintah. Pemotongan anggaran besar-besaran ini diperkirakan akan mendorong ekonomi tumbuh lebih rendah dari target. Belanja pemerintah biasanya selalu mejadi factor pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi di semester II.
Kepala ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2016 hanya sebesra 5%. Anton beralasan, pemangkasan anggaran tersebut juga akan membuat kontribusi investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi akan berkurang. Sebab, biasanya salah satu factor yang mendorong investasi swasta, ditandai dari pengucuran kredit bank, adalah pengeluran pemerintah.
Pemerintah telah memutuskan akan memangkas anggaran belanja hingga Rp 137,6 triliun karena penerimaan diperkirakan akan meleset (shortfall) lebih dari Rp 219 triliun. Pemotongan belanja yang besar ini untuk menjaga deficit anggaran agar lebih terkendali. “Masih ada harapan investasi swasta bisa menopang, “kata Anton, Jumat (9/9) di Jakarta.
Bank Mandiri memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih banyak ditopnag oleh konsumsi rumah tangga yang diperkirakan hanya tumbuh sebesar 5%, lalu pembentukan modal tetap bruto (PMTB) tumbuh 4,8%, belanja pemerintah 5%, ekspor 3,5%, dan impor 3,8%.
Rendahnya konsumsi rumah tangga tahun ini sudah tercermin dari rendahnya inflasi tahun ini diperkirakan oleh BI bisa mencapai 3,7%. Inflasi yang rendah ini menunjukkan rendahnya daya beli masyarakat.
Rendahnya inflasi sepanjang tahun ini diakui oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani sebagai cermin penurunan daya beli. Namun tren ini dibantah oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution. REndahnya inflasi mencerminkan pasokan barang yang cukup sehingga harga tidak naik, bahkan turun atau deflasi.
Sebelumnya, Bank Indonesia telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2016 hanya sebesar 5,04%. Sementara pemerintah, berharap pertumbuhan ekonomi masih berharap bisa sesuai harapan, meskipun diakui sulit. Menteri Keuangan Sri Mulyani juga merevisi target pertumbuhan ekonomi menjadi hanya 5,1% dari target dalam APBN-P 2016 sebesar 5,2%.
Menteri coordinator bidang perekonomian Darmin Nasution masih optimistis, pemangkasan anggaran tidak akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini. Sbab anggaran yang diapngkas hanya terhadap belanja rutin, bukan belanja modal seperti belanja untuk infrastruktur sehingga ekonomi bisa diatas 5%.
Sumber : Harian Kontan
Penulis : Asep Munazat Zatnika
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar