Harapan Menyala di Sektor Batubara

d7543-adarocarer

Lekukan grafik harga batubara yang menanjak tinggi, rasanya seperti sulap. Betapa tidak? Pertengahan tahun lalu, gelomabang PHK menghantam industry gara-gara harga batubara jatuh sehingga bisnis di sektor ini anjlok 15%. Produsen tambang kecil yang biasanya meraup Rp 430 juta per tahun, makin tersungkur hingga terpaksa”tutup warung”.

Waktu itu, kata Supriatna Suhala, Ketua Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI), 28 perusahaan batubara di Provinsi Jambi menutup bisnisnya. Harga terus nyusep hingga menyentuh harga terendah tahun ini US$ 42,15 per ton, 20 Januari 2016 lalu. Untunglah Indonesia tak sendirian.

Rupanya, industry batubara di China, produsen sekaligus konsumen batubara terbesar di dunia, juga tercekik. Derita ratusan perusahaan batubara ikut merembet ke perbankan. Rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL) perbankan di China menyentuh angka tertinggi, yaitu 2,3%.

Karena itulah, China harus mengambil kebijakan memangkas produks dengan tujuan mengerek harga batubara. Sejak April 2016, China memangkas jam produksi perusahan batubara dari 330 hari jadi 276 hari per tahun.

Efeknya ,sungguh luar biasa. Harga batu hitan perlahan-lahan mendaki dan langsung melejit. Sejak awal tahun (year to date/YTD) tumbuh 133,84% ke angka tertingginya di US$ 110,4 per ton pada 1 November 2016. Harga terbaru, misalnya kontrak paling aktif bursa Rotterdam untuk bulan Januari 2017, berada di posisi US$ 77,46 per ton, Rabu (9/11).

Sementara harga batubara acuan alias HBA bulan November 2016, menyentuh harga tertingginya dalam 3,5 tahun terakhir. Sujatmiko, Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, HBA November US$ 84,89 per ton atau 22,9% lebih tinggi dibandingkan US$ 69,07 per ton.

Harapan baru

Bai Irwandy Arif Pengamat Pertambangan dari Institut Teknologi Bandung sekaligus Ketua Indonesian Mining Institute (IMI), lonjakan harga merupakan sesuatu yang tak terduga. “Dan, tak dapat diramalkan, “cetusnya. Seperti berkah serta akhir dari”cerita sedih di industry sektor batubara”.

Sebab sebelumnya, turunya harga batubara membuat hampir 90% perusahaan batubara di Indonesia tak sanggup mempertahankan “margin” dan behkan menyerah. Pertumbuhan perusahaan batubara dari tahun ke tahun menurun sampai pertengahan tahun ini.

Naiknya harga belum lama ini, lanjut Irwandy, tidak hanya menjadi berkah bagi bisnis perusahaan di sektor batubara saja. Tapi juga keuntungan buat negara karena menambah pendapatan.

“Kenaikan harga, pasti membuat perusahaan meningkatkan produksi dan yang tadinya non-aktif akan aktif kembali. Namun, pasti butuh waktu. Tak serta merta menjadi dalam waktu dekat. Kinerja perusahaan batubara pasti akan meningkat secara bertahap, “tegasnya.

Satu fenomena menarik lainnya, pasar modal tampaknya juga merespon situasi dengan cepat. Saham emiten batubara melejit luar biasa. Sebut saja, Indo Tambangraya, (ITMG), saham Harum Energy (HRUM), atau Bukit Asam (PTBA).

Dua emiten yang menyambut kenaikan harga, misalnya PT Adaro Energy Tbk dan PT Perusahaan Tambang Bukit Asam Tbk. Sekretaris Perusahaan Adaro Febriati Nadira bilang, pemulihan di pasar batubara adalah hal menggembirakan. “Kami senantiasa optimis, “cetus dia.

Pertanyaannya, akan berapa lama harga yang bagus ini bertahan?

Menurut prediksi IMI, sepanjang tahun 2017, harga batubara akan di kisaran US$ 60-US$ 65 per ton. “Bila harga lebih tinggi, maka dianggap saja sebagai bonus, “imbuhnya lagi. Sedangkan menurut Analis Central Capital Futures Wahyu Tri Wibowo, harga batubara hingga kuartal I 2017 berada di kisaran US$ 70-US$ 132 per ton.

Deddy Yusuf Siregar, Analis Asia Tradepoint Futures, memprediksi, sampai akhir tahun ini, harga batubara akan mampu menembus US$ 110 per ton. “Harga batubara berpotensi terkoreksi ke US$ 90 per ton, namun bisa melebihi US$ 100 per ton sampai akhir tahun, “kata dia.

Hendra Sinadia, Deputi DIrektur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia(APBI) menambahkan, membaiknya harga komoditas batubara merupakan angin segar dan berdampak sangat positif, khususnya para produsen. Namun, ia menggarisbawahi, masih banyak yang mengkhawatirkan, harga tinggi tersebut tak tertahan dalam jangka panjang.

Karena itulah, timpal Irwandy, akan banyak perusahaan di sektor batubara bersikap sangat hati-hati.  Mulai dari perusahaan produsen batubara, perusahaan persewaan alat berat, hingga barangkali perusahaan pembiayaan di sektor tambang.

Pasalnya akan bertahan lama atau tidak, harga batubara masih akan sangat bergantung dengan kebijakan Tiongkok. Dan, menurut rencana, negara Tirai Bambu juga tak akan membiarkan harga batubara berada di level tertinggi terus-terusan. “Kemungkinan akan dikoreksi karena sudah terlampau tinggi yang didorong oleh peningkatan demand terutama memasuki musim dingin, “kata Sinadia.

Termasuk pula, meskipun kenaikan harga tinggi merupakan harapan baru industry dalam negeri, efek kenaikan harga sebenarnya belum bisa dirasakan seluruh pebisnis dalam waktu dekat. Paling cepat, 3-4 bulan ke depan.

Di samping itu, Budi Santoso Centre for Indonesian Resources Strategic Studies mengatakan, pemerintah harus mulai bikin langkah sehingga batubara bisa masuk ke industry menengah-kecil dan rumah tangga. “Terutama, menyuplai daerah yang sulit  akses bahan bakar minyak (BBM) dan LPG atau gas, “ujarnya. Juga konsisten menjadikan batubara sebagai sumber energy dan bukan komoditas.

Bisakah pemerintah?

INS – 03 /PJ/ 2016

INS – 08 /PJ/2016

Penulis: Andri Indradie, Tedy Gumilar, Arsy Ani S., Wuwun Nafsi

Sumber:

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Tak Berkategori

Tinggalkan komentar