
JAKARTA – Perekonomian Indonesia masih akan menghadapi tantangan berat tahun depan. Selain risiko fiskal, konsumsi rumah tangga yang melemah juga akan membuat pertumbuhan ekonomi RI tidak bisa lebih tinggi.
Ekonom yang juga mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri bilang, konsumsi rumah tangga masih akan flat. Walau Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuannya, tetapi itu belum banyak berdampak pada investasi lantaran lemahnya permintaan masyarakat.
Untuk itu, pemerintah perlu mengambil kebijakan jangka pendek mendoorng permintaan masyarakat. Misalnya dengan cash forward atau cash transfer untuk masyarakat berpenghasilan rendah. “Jika separuh penduduk Indonesia mendapat uang dalam enam bulan, orang akan belanja. Pebisnis melihat peluang,” katanya dalam UOB Economic Outlook, Rabu (6/11).
Investasi diperkirakan juga belum terdongkrak. Rasio tabungan domestik saat ini yang hanya 30%-32% dari PDB, belum cukup mendorong pertumbuhan ekonomi 6% tahun depan. “Kalau pertumbuhan ekonomi dipaksa 6% maka defisit anggaran melompat. Kalau dibiayai portofolio, risiko sudden reversal,” katanya.
Di sisi ekspor, Chatib yakin kebijakan proteksi ekonomi AS yang disinyalkan Presiden Donald Trump hanya retorika kampanye. Ekspor bisa didorong oleh rupiah yang berpotensi tertekan tahun depan, jika Trump mengambil kebijakan ekspansi fiskal.
Chatib memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 5,1%- 5,2%, sementara tahun ini 5%-5,1%. Sementara PT Bank UOB Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI tahun ini 5% dan tahun depan 5,2%.
Presiden Direktur UOB Indonesia Kevin Lam bilang, paket kebijakan ekonomi membantuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Ini terlihat dari UOB Asian Enterprise Survey 2016 yang menunjukkan hampir seperempat perusahaan Asia memilih Indonesia sebagai tujuan ekspansi dalam tiga tahun hinggal lima tahunke depan.
Ekonom Senior UOB Group Suan Teck Kin percaya AS akan meneruskan tradisi pendekatan pragmatis dalam menjalin kerjasama perdagangan dan investasi dengan ASEAN, termasuk Indonesia. Asia Tenggara dengan perkembangan ekonomi pesat menjadikannya sebagai kawasan menarik dibandingkan kawasan-kawasan lain.
Penulis: Adinda Ade Mustami
Sumber: Harian Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar