JAKARTA – Harga pangan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru mulai naik. Secara umum, kini harga pangan sudah naik rata-rata 5% sejak awal Desember 2016.
Kenaikkan harga pangan ini terjadi nyaris merata di seluruh daerah di Tanah Air. Pola kenaikannya pun berbeda dengan kenaikan harga pangan pada umumnya.
Memang, kenaikan harga ini terjadi tiap hari dalam rentang saja. Namun bila tidak ada intervensi dari pemerintah, kenaikkan harga pangan pada tutup tahun nanti bisa tumbuh 40% hingga 50%.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansyuri mengatakan pola kenaikan harga pangan setiap menjelang hari besar keagamaan sudah biasa terjadi setiap tahun. Persoalannya adalah kesiapan pemerintah dalam menghadapi kenaikan harga pangan ini justru minim.
Akibatnya, pemerintah kerap menjadi pemadam kebakaran saat harga sudah melonjak drastis. “Jangan samapi ketika harga pangan sudah naik, justru pemerintah menyalahkan pedagang, padahal itu kelalaian pemerintah sendiri,” ujar Abdullah kepada KONTAN, Senin (19/12).
Dia menyatakan, Kementerian Pertanian (Kemtan) seharusnya bisa memetakan produksi dan distribusi bahan pangan untuk meredam potensi kenaikan harga pangan. Sebab instansi ini mengetahui produksi pangan di setiap daerah.
Ikappi mencatat, saat ini sejumlah harga bahan pangan pokok sudah mulai meningkat. Misalnya harga cabai rawit yang bertahan tinggi dan malah naik menjadi rata-rata Rp 63.000 per kilogram (kg). Harga minyak goreng curah juga naik dari sebelumnya Rp 11.000 per kg menjadi Rp 12.500 per kg. Bahkan harga minyak diprediksikan bisa menembus Rp 15.000 per kg di akhir tahun..
Demikian juga dengan harga telur yang naik menjadi Rp 21.500 per kg dari sebelumnya Rp 20.800 per kg. Pun halnya harga beras, naik dari selama ini Rp 9.000 per kg-Rp 11.000 per kg menjadi sekitar Rp 10.000 per kg hingga Rp 13.000 per kg.
Abdullah juga menyatakan, kendati sudah tinggi, harga daging sapi naik dari selama ini rata-rata Rp 120.000 per kg. Kini, harga daging sapi sudah melonjak menjadi Rp 124.000 per kg. “Harga sapi ini masih berpotensi naik lagi sampai akhir tahun,” imbuhnya.
Pantau hulu ke hilir
Abdullah menyatakan, permintaan produk pangan pada akhir tahun biasanya naik antara 8%-12%. Kenaikan permintaan tersebut tidak setinggi saat menjelang Lebaran. Sementara dari sisi pasokan diperkirakan masih memadai untuk memenuhi permintaan ini. Dengan gambaran tersebut, idealnya kenaikan harga pangan menjelang Natal dan Tahun tak signifikan.
Oleh karena itu, Abdullah berharap Kemtan dan Kementeriaan Perdagangan (Kemdag) memantau dari sisi hulu ke hilir atau dari petani hingga pedagang. Pemantauan ini bertujuan memastikan tak ada hambatan distribusi, sehingga penanganan harga tak terlambat.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Arief Prasetyo Adi menyatakan siap mengantisipasi kenaikan permintaan menjelang akhir tahun ini. Food Station juga sudah memenuhi stok pangan di gudangnya.
Meski demikian, Arief mengatakan, perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini telah menambah stok beras sebesar 15.000 ton untuk mengantisipasi lonjakan. Dengan demikian saat ini stok beras di gudang perusahaan ini sebesar 39.000 ton plus 15.000 ton cadangan sehingga mencapai total 54.000 ton.
Direktur Institute for Development of Economics Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, sebenarnya harga pangan di pasar internasional relatif sedang rendah. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi pemerintah kesulitan menurunkan harga pangan di akhir tahun.
Penulis: Noverius Laoli
Sumber: Harian Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar