
Hapus buku kredit 10 bank besar tembus Rp 41,8 triliun.
JAKARTA, Tumpukan kredit bermasalah memaksa bank beramai-ramai menggelar aksi penghapusan kredit (write off). Sepanjang tahun lalu write off kredit bermasalah bank besar mencatatkan kenaikan.
Pemicunya, kondisi ekonomi yang masih lemah yang berujung pada ketidakamampuan debitur membayar cicilan utang. Berdasarkan hitungan KONTAN, total nilai write off 10 bank besar mencapai Rp 41,8 triliun.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar 35,87% secara tahunan atau year on year (yoy). Namun, kenaikan ini masih rendah ketimbang lonjakan write off pada tahun 2015 lalu.
Penghapusbukuan kredit bermasalah pada tahun 2015 menembus Rp 30,7 triliun atau naik 43,46% yoy.
Mengutip laporan keuangan bank, Bank Mandiri tercatat sebagai bank dengan porsi write off terbesar. Tahun lalu, Bank Mandiri menghapus buku kredit sebesar Rp 11,4 triliun. Jumlah ini naik hampir dua kali lipat atau 90,34% ketimbang tahun 2015, seiring kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 3,96% naik dari posisi 2,6% di 2015.
Disusul write off oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar Rp 8,4 triliun dan Bank Permata Rp 4,4 triliun.
Risiko kredit masih tinggi, write off diprediksi masih akan besar di tahun ini.
Direktur Utama Bank Panin Herwidayatmo menyatakan, pihaknya melakukan write off dengan porsi terbesar di segmen kredit korporasi. “Sisanya adalah ritel dan kredit kepemilikan rumah (KPR),” ujar Herwidayatmo kepada KONTAN, Minggu (19/3).
Iman Nugroho Soeko, Direktur Keuangan Bank Tabungan Negara (BTN), mengatakan, pihaknya melakukan write off sebesar Rp 271 miliar kredit bermasalah di segmen usaha kecil menengah (UKM). Jumlah ini hampir separuh dari total besaran write off senilai Rp 675 miliar.
Selain UKM, write off dilakukan di kredit seret segmen komersial non- perumahan sebesar Rp 127 miliar dan write off di lini bisnis KPR sebesar Rp 101 miliar.
Berlanjut
Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan Bank Central Asia (BCA) memproyeksi, tren penghapusan kredit bermasalah masih berlanjut di tahun ini. “Diharapkan kenaikannya tidak sesignifikan pada 2016,” ujar Jan Hendra.
Senada, Parwati Surjaudaja, Direktur Utama Bank OCBC NISP memproyeksikan write off kredit macet masih menjadi isu utama,” ujar Parwati kepada KONTAN, kemarin.
Sumber: Harian Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi
Tinggalkan komentar