JAKARTA. Pencapaian investasi minyak dan gas (migas) hingga kuartal I-2017 masih lesu. Masalah utamanya, harga minyak yang masih bergerak dibawah US$ 50 per barel. Di tambah banyaknya peraturan-peraturan baru pemerintah disektor hulu migas.
Perulian Sitohang, Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas, mengatakan, berdasarkan data anggaran investasi migas untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sesuai dengan work program and budget (WP&B) tahun 2017 sebesar US$ 12,87 miliar. Namun berdasarkan data outlook 2017 atau realisasinya hanya US$ 11,06 miliar.
Hingga kuartal I-2017 investasi migas mencapai US$2,57 miliar atau lebih rendah 4% dibandingkan realisasi investasi ada kuartal I-2016 sekitar US$ 2,68 miliar. “Tercapai tidaknya target investasi tahun 2017 saat ini masih sangat tergantung kondisi industri migas sepanjang tahun 2017,” kata Parulian .
Namun melihat kondisi bisnis hulu migas, Parulian berujar kemungkinan sepanjang tahun ini akan mengalami perubahan pelaksanaan kegiatan karena aktivitas menurun. “Adapun perubahan pelaksanaan kegiatan tersebut akan tertuang pada revisi WP&B 2017,” ujarnya.
Ia belum bersedia menyebutkan secara tegas, apakah perubahan tersebut akan mengarah pada penurunan nilai investasi di hulu migas atau tidak. Pasalnya SKK Migas masih melihat situasi dan kondisi sektor hulu migas kedepannya. “Lets wait and see,” ungkapnya.
Investasi pada tahun ini memang akan disesuaikan dengan rencana kegiatan hulu migas. Seperti survei seismik dua dimesnsi (2D) yang ditargetkan mencapai 25 kegiatan atau sepanjang 10.247 km. Lalu survei seismic tiga dimensi (3D) sebanyak 14 kegiatan atau sepanjang 6.566 km2.
Sedangkan kegiatan survey non seismik terdiri dari delapan kegiatan. Antara lain pengeboran eksplorasi 134 sumur, program re-entry sumur eksplorasi sebanyak empat kegiatan, pengeboran dan pengembangan program kerja ualang 907 perawatan sumur serta program penutupan sumur sebanyak 186 kegiatan.
Namun realisasi kegiatan hulu migas hingga Kuartal I-2017 masih jauh dari target. Untuk survei seismic 2D baru satu kegiatan dengan panjang 2.815 km. Bahkan survey 3D bahkan belum ada kegiatan sama sekali.
Sedangkan kegiatan survey non-seismik terdapat dua kegiatan. Lalu pengeboran eksplorasi lima sumur, re-entry sumur eksplorasi satu, pengeboran sumur pengembangan, program kerja ulang 119 kegiatan, perawatan 4.350 sumur dan penutupan sumur 4 kegiatan.
Indonesia tak diamati
Direktur Eksekutif Indonesia Petroleum Association (IPA) Marjolijin Wajong menyatakan, lapangan-lapangan migas saat ini mengalami penurunan produksi secara alamiah, ditambah lagi harga minyak yang turun. Sehingga alokasi belanja modal pengusaha berkurang di seluruh dunia.
Akibatnya investasi yang masuk ke migas menjadi lebih sedikit. ‘Pertanyaannya, apa Indonesia cukup bisa berkompetisi untuk menarik investasi ? kata dia.
Dia membeberkan, dalam lima tahun mendatang aka ada 20 blok migas yang habis masa kontraknya. Meskipun pasti ada yang mengelola lagi, entah diperpanjang atau ada operator baru. “Tapi di masa transisi ini membuat enggan investasi, sehingga produksi bisa turun lagi, lalu apa yang bisa diberikan untuk menaikan industri ini oleh negara?” kata dia.
Dia optimis, peluang industri migas masih banyak meskipun hasil eksplorasi beberapa tidak menggembirakan, namun bukan berarti itu jelek. “Cuma harus eksplorasi lagi. Sekarang ke daerah yang sulit, frontier, ke timur, dengan investasi lebih mahal,” kata dia.
Pengamat Energi Komaidi Notonegoro mengatakan, masalah perizinan masih dikeluhkan pelaku usaha dan penerapan gross split yang masih dipertanyakan dalam beberapa aspek. ‘Kemungkinan masih akan menahan laju realisasi investasi hulu migas,” ungkap dia.
Menariknya, disaat investasi migas dunia turun, negara-negara produsen lain memberikan insentif fiskal lebih baik daripada Indonesia. “Wajar kalau kemudian mereka merealokasi sebagian investasinya ke tempat lain yang dinilai lebih ramah investasi,” kata Komaidi.
Sumber: Kontan, Rabu 10 Mei 2017
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi

Tinggalkan komentar