Pak Presiden, Ekonomi Lesu, Batam Malah Jadi Kota Berbiaya Tinggi

Berstatus sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (FTZ), harga kebutuhan apapun di Batam harusnya lebih murah. Sebab, semua jenis bahan kebutuhan yang masuk, khususnya impor, bebas pajak. Namun fakta berkata lain, Batam justru menjadi kota dengan biaya hidup tertinggi kelima di Indonesia. Sementara pertumbuhan ekonominya di urutan nomor dua dari belakang se-Indonesia.

BAGIR Abunumay meninggalkan Lucky Plaza, Nagoya, tempat usahanya. Ia bergegas pulang ke tempat tinggalnya, di Rumah Susun Bida Batuampar, Selasa (22/8) malam. Pria yang berbisnis ponsel secara online ini tinggal lantai tiga. Kamarnya berukuran 3×4 meter.

Di kamar bertipe studio itu berisi tempat tidur susun, dapur, lemari, dan kamar mandi. Fasilitas itu disediakan pengelola. Pria asal Jawa Tengah ini baru dua pekan menghuni kamar itu. Sewanya Rp 550 ribu per bulan. Di luar sewa kamar, dia juga harus membayar tagihan listrik dan air paling kecil Rp 100 ribu per bulan.

“Kalau di kamar lantai bawah lebih mahal kisaran Rp 600-an ribu,” ujar Bagir ketika ditemui di tempat bisnisnya, Selasa malam.

Sebelum pindah ke Rusun Bida Ampar, Bagir tinggal di rumah kos di Blok III Baloi. Ia menyewa kamar dengan fasilitas kamar mandi di dalam. Tidak ada fasilitas dapur, lemari, dan tempat tidur. Sewanya Rp 1 juta per bulan. Sewa itu relatif mahal jika dibandingkan dengan fasilitas yang disediakan.

“Harga dan fasilitas tidak sepadan. Mahal. Makanya saya pindah,” ungkap pria yang biasa disapa Bagir ini.

Tak sekali saja Bagir mendapatkan harga sewa kos yang relatif mahal. Sebelumnya ia juga pernah kos di Seipanas. Awalnya ia menempati kamar di lantai satu yang lumayan luas. Kamar mandi di dalam. Tanpa fasilitas tempat tidur dan lemari. Namun harga sewanya sudah Rp 1,5 juta per bulan.

“Sewanya segitu karena kamarnya luas. Ada fasilitas kulkas, tapi dipakai bersama penghuni kos lainnya,” ungkapnya.

Dari kamar di lantai satu, ia pindah ke lantai dua karena sewanya lebih murah. Meski ukuran kamarnya lebih kecil. Tarifnya Rp 1 juta per bulan. Namun ada fasilitas AC. “Kamar ini tanpa tempat tidur dan lemari,” katanya.

Tarif sewa kos itu tak jauh berbeda di kawasan Nagoya. Bagir sempat menyewa kamar kos di Nagoya Newton. Tarifnya Rp 900 ribu per bulan. Namun penghuni kos tidakBOLEHmencuci pakaian sendiri. Mereka harus menyerahkan urusan cucian pada laundry yang sudah disediakan pengelola kos. “Tarif laundry sih murah, Rp5 ribu per kilo,” katanya.

Menurut Bagir, tarif sewa kos di kawasan Nagoya relatif mahal. Rata-rata Rp 1 juta per bulan.

Semenetara di kawasan Batam Centre, jauh lebih mahal lagi. Di kawasan Legenda Malaka, misalnya, rata-rata sewa rumah berkisar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per bulan. Itupun sudah sulit menemukan rumah yang disewakan per bulan. Rata-rata per tiga bulan. Bahkan per enam bulan hingga per satu tahun.

Selain biaya kos, pengeluaran biaya hidup terbesar adalah makanan. Bagir mengungkapkan, untuk makan paling tidak ia harus mengeluarkan Rp 20 ribu sekali makan. Ia hanya menghitung dua kali makan. Makan siang dan makan malam. Meski begitu, jika dikali 30 hari, biaya konsumsi menghabiskan Rp 1,2 juta. Itu di luar sarapan dan pengeluaran sesekali nongkrong di kafe.

“Di Nagoya biaya sekali makan segitu. Kalau mau lebih murah kadang saya ke Batuampar atau Seipanas,” ujarnya.

Sumber : batampos.co.id

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com

 



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar