Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita membuka keran impor jeruk kino asal Pakistan. Menurutnya, kebijakan tersebut diambil untuk memastikan ekspor minyak sawit (crude palm oil/CPO) ke negara tersebut bisa terus dilakukan.
Enggar menjelaskan, suplus perdagangan Indonesia dengan Pakistan cukup besar. Sehingga hubungan dagang harus terus dijaga untuk menjaga capaian tersebut.
“(Pasar) Jeruk kami buka besar-besar dari Pakistan karena perdagangan kita dengan mereka surplusnya besar. Selain itu karena diancam (Pakistan), kalau nggak dibuka, CPO kita nggak bisa masuk. Kalau CPO terganggu, neraca kita malah terganggu,” kata Enggar di Jakarta, kemarin.
Dalam perjanjian Prefential Trade Agreement (PTA), Indonesia membebaskan bea masuk (BM) untuk jeruk kino asal Pakistan. Begitu pula sebaliknya, negara tersebut juga tidak mengenakan bea masuk atas produk CPO Indonesia.
Meski membuka bebas keran impor, Enggar yakin, jeruk Pakistan tidak mampu menggeser pasar jeruk lokal. Karena, jeruk lokal masih lebih manis ketimbang jeruk kino.
“Jeruk Pakistan agak asam rasanya. Nggak akan membanjiri pasar. Kecuali jeruk Mandarin, nah itu jangan lagi,” tuturnya.
Dalam kesempatan ini, Enggar mengimbau masyarakat untuk mengkonsumsi buah lokal. Sehingga, produksi buah lokal dapat terus berkembang.
Dia mengaku, di kementeriannya sudah tidak menggunakan buah impor dalam menghidangkan tamu.
“Di kantor saya sudah nggak ada lagi buah impor. Sekarang isinya kacang rebus, pisang rebus. Selain saya suka makanan tradisional, itu juga karena produksi sendiri. Makanya pengusaha, tolong di kantor jangan sajikan buah impor,” pintanya.
Selain itu, Enggar juga membantah telah membuka akses pasar untuk produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) luar negeri. Menurut politisi Partai Nasdem itu, pihaknya sangat menyadari Indonesia merupakan pasar paling besar di ASEAN. Oleh karena itu, pengambilan kebijakan dia pastikan dilakukannya dengan penuh kehati-hatian.
“Kekuatan UMKM Indonesia masih belum memungkinkan untuk bersaing dengan produksi luar. Kami tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar,” pungkas Enggar.
Sumber : rmol.co
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi

Tinggalkan komentar