Cukai Rokok Tekan Industri Pengemasan

JAKARTA. Rencana kenaikan cukai rokok tahun depan tidak hanya memusingkan pelaku usaha di sektor rokok. Rupanya, industri turunannya ikut terbatuk-batuk. Salah satunya bidang pengemasan.

PT Argha Karya Prima Industry Tbk, salah satu pemain industry kemasan fleksibel telah memproyeksikan dampak negative kebijakan kenaikan cukai tersebut. Melonjaknya cukai bakal menyebabkan produksi rokok berkurang. Walhasil industry pengemasan akan terkena imbas.

Direktur Keuangan Argha Karya Prima Industry Jimmy Tjahjanto mengatakan, dalam jangka pendek, kenaikan cukai rokok akan berpengaruh pada penjualan perusahaan ini.  “ Namun dalam jangka panjang akan pulih kembali,” kata Jimmy, kepada KONTAN, Rabu (25/10).

Selain cukai rokok, isu kenaikan cukai plastik turut menyebabkan Argha Karya harus berpikir dan bekerja keras mencari strategi mengatasi hal ini.

Meski demikian emiten berkode saham AKPI di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini optimistis dapat mengerek target kinerja pada tahun ini. Argha Karya mematok penjualan dan laba bersih naik 15% tahun ini.

Sekedar catatan, semester I-2017 AKPI membukukan penjualan bersih sebesar Rp 1,02 triliun. Angka ini menurun tipis 6,09% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni di angka Rp 1,09 triliun.

Sementara, beban pokok penjualan Argha Karya Prima pada semester I- 2017 sebesar Rp 915,77 miliar. Angka ini lebih kecil 5,89% dibandingkan dengan beban pokok penjualan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp 973,17 miliar. “Ini disebabkan kondisi perekonomian secara menyeluruh masih belum pulih,” kata Jimmy.

Ke depan, Argha Karya Prima akan tetap mencoba menyasar segmen kemasan produk premium. Produk premium seperti perusahaan rokok dan metalizing. “Kami melakukan efesiensi disegala bidang termasuk biaya produksi, umum dan penjualan,” kata Jimmy.

Saat ini, AKPI nwnukuju pabrik di Citereup, Bogor. Perusahaan memproduksi kemasan fleksibel berupa biaxially oriented poly propylene (BOPP) film dan polyester (PET) film. Total kapasitas 100.000 ton plastic kemasan.

Sebelumnya, Hananto Wibisono, Ketua Departemen Media Center Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia, menilai, kenaikan cukai akan membuat harga rokok pabrikan, dan beralih ke rokok pabrikan, dan beralih ke rokok illegal tanpa cukai. “Akibat cukai naik, pastinya akan menyebabkan harga rokok semakin mahal,” kata Hananto.

Riska Afriani, Analis OSO Sekuritas, menilai, kenaikan tarif cukai memang akan berimbas negative pada emiten rokok, tetapi tidak terlalu signifikan. “Kalau kenaikan harga tidak begitu besar, pola konsumsi perokok tidak akan terganggu,” ujarnya.

Sumber: Harian Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Artikel

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar