Optimisme Konsumen Melemah


Sejak awal tahun hingga bulan Oktober 2017, pertumbuhan Indeks Penjualan Ritel Melambat

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memperkirakan penjualan ritel pada Oktober tahun ini melambat dibandingkan bulan September. Hal ini sejalan dengan penurunan optimisme konsumen. Proyeksi bank sentral ini tercermin dari hasil Survei Penjualan Eceran BI di September 2017. Survei ini menunjukkan Indeks Penjualan Ritel (IPR) Oktober diperkirakan hanya tumbuh 1,3% year on year (YoY).

Dari survei tersebut, BI menyimpulkan perlambatan penjualan ritel di Oktober terjadi karena adanya kontraksi pada kelompok non makanan sebesar 9,4% YoY, lebih dalam dibanding kontraksi di September yang 6,2% YoY. Perlambatan terjadi terutama karena penurunan penjualan kelompok peralatan informasi dan komunikasi akibat penurunan penjualan produk elektronik.

Di sisi lain, penjualan ritel kelompok makanan di Oktober 2017 tumbuh 9,3% YoY. Penjualan ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 7,6% YoY. “Peningkatan terutama terjadi pada penjualan produk bahan makanan, makanan jadi, dan tembakau,” seperti dikutip KONTAN dari situs resmi BI, Rabu (8/11)

Survei BI juga menunjukan, responden memperkirakan, penjualan ritel akan meningkat di Desember 2017 dan menurun di Maret 2018 mendatang. Hal itu terindikasi dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) tiga bulan ke depan sebesar 153,1 lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya 141. IEP enam bulan ke depan sebesar 136, turun dari bulan sebelumnya sebesar 141,4%.

Menahan Belanja

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, perlambatan pertumbuhan penjualan ritel telah terjadi sejak awal tahun. Hal ini terjadi lantaran adanya tekanan daya beli pada masyarakat kelas bawah dan masyarakat kelas atas yang menahan belanja.

Menurut David, kelas menengah atas saat ini lebih memilih konsumsi pengalaman, misalnya belanja rekreasi dan budaya. Sayangnya, data BI juga menunjukkan bahwa pertumbuhan secara YoY pada kelompok belanja tersebut cenderung menurun.

Pada Januari 2017, kelompok belanja ini masih tumbuh 7,8%, sementara bulan Februari hanya tumbuh 2%, dan Maret tumbuh 3,5% saja. Namun di September hanya tumbuh 1,7% dan di Oktober anjlok 0,3% David menduga tren penurunan pertumbuhan belanja rekreasi terjadi lantaran masyarakat kelas atas berwisata ke luar negeri sehingga tidak berkontribusi terhadap ekonomi dalam negeri.

David melanjutkan, penjualan eceran kuartal keempat tahun ini seharusnya terbantu faktor musiman, yaitu menjelang Natal dan Tahun Baru. Sayangnya, dari tahun ke tahun, kontribusi dari faktor musiman terhadap konsimsi masyarakat cenderung turun.

“Saya khawatir, konsumsi masyarakatnya secara YoY lebih rendah dari tahun lalu. Kalau lebih rendah, target pertumbuhan ekonomi 5,2% sulit tercapai,” kata David. Catatan BPS, pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal keempat 2016 mencapai 5,01% YoY.

Menurut David, program bantuan sosial pemerintah untuk masyarakat kelas bawah berupa Program Keluarga Harapan (PKH) dan dana desa akan berdampak pada  perbaikan daya beli. Namun ini tidak signifikan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tiga bulannterakhir di 2017.

Sebab menurut, penentu penyumbang terbesar ekonomi adalah masyarakat kelas menengah atas. Kalau dari data BPS, kontribusinya hampir 40%. Sementara kelas menengah bawah hanya berkontribusi sebesar 17% saja.

Oleh karena itu kata David, pemerintah harus menjaga optimisme masyarakat kelas menengah atas . Misalnya, dengan mencegah berkembangnya isu minimnya lapangan pekerjaan agar tidak menjadi bola salju perekonomian.

Ia sendiri memperkirakan, konsumsi rumah tangga di kuartal keempat tahun ini hanya akan mencapai 4,95% – 5%. Sehingga, ekonomi sepanjang tahun diperkirakannya hanya akan tumbuh 5,1% YoY.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengatakan pertumbuhan di sektor ritel disebabkan faktor musiman. Karena itu, ia optimis penjualan ritel saat menjelang Natal dan Tahun baru akan meningkat.

Hal ini akan turut mendongkrak kinerja industri ritel sampai akhir tahun. Ia optimis sektor ritel akan tumbuh 9%, atau sama dengan pertumbuhan tahun lalu. Salah satu faktornya adalah terjaganya inflasi sampai akhir tahun.

Sumber: Harian Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Ekonomi

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar