
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat tren pembelian pakaian dan alas kaki di 2017 alami penurunan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat lebih senang menambung (saving) dari pada konsumsi.
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Adriyanto mengatakan, banyak yang bilang konsumsi rumah rangga terjadi penurunan daya beli, padahal tidak. Sebenarnya harus dibedakan antara daya beli dengan pengeluaran masyarakat. Di mana daya beli dipengaruhi inflasi tapi pengeluaran dipengaruhi banyak faktor.
“Lihat sisi konsumsi rumah tangga yang pertumbuhan relatif stabil sebesar 4,9%. Itu menunjukkan adanya penurunan daya beli, tapi sebetulnya tidak. Artinya konsumsi masih bagus dibandingkan 2015, tren konsumsi kuartal I 4%, di 2016 kembali naik dan 2017 stabil,” ujarnya di Hotel Jeep Station, Bogor, Jawa Barat, Selasa (12/12/2017).
Hal lain yang membuktikan daya beli tidak menurun terlihat dari beberapa sektor. Bisa dilihat jelas, terjadi pertumbuhan pada restoran dan hotel yang mengalami kenaikan. Kemudian dari sisi transportasi juga mengalami kenaikan.
“Ini artinya tren dari belanja masyarakat terlihat mengalami kenaikan untuk kebutuhan non pokok seperti transportasi, restoran, hotel. Kalau pokok itu terus turun utamanya pakaian dan alas kaki. Untuk makanan dan minuman relatif stabil begitu juga perumahan yang pertumbuhannya stagnan,” tuturnya.
Dia mengatakan, kebutuhan pokok alami penurunan karena generasi milenial sekarang tidak terlalu memperhatikan kebutuhan pakaian dan alas kaki. Tren masyarakat sekarang lebih pada saving.
“Konsumsi tren mulai menurun, artinya semakin banyak masyarakat kita cenderung menabung dari pada konsumsi. Ini salah satu faktor di belanja rumah tangga yang menurun,” ujarnya.
Perubahan pola konsumsi ke arah saving sekarang mencapai 11%. Survei FPUI, saving digunakan untuk liburan di waktu libur.
“Jadi itu kenapa masyarakat senang menabung dari pada konsumsi. Banyak argumen sebetulnya. Salah satu argumen yang saya tunjukan sisi indikator yang ada menunjukan terjadi pergesaran pola konsumsi. Faktor banyak hari libur mendorong itu dan tren banyak saving untuk, Sabtu, Minggu liburan,” ujarnya.
Sumber : okezone.com
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi
Tinggalkan komentar