
Pemotongan anggaran dan pengetatan pajak tidak dipilih Rizal Ramli dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia, pada saat dirinya dipercaya menjabat menko ekuin era Presiden Abdurrahman Wahid.
Menurut Rizal Ramli, cara-cara tersebut justru hanya menguntungkan kreditur atau pemberi utang. Karenanya yang dilakukan adalah strategi pembangunan ekonomi.
“Karena kalau kita potong anggaran ada sisa uang buat bayar kreditur, pasti rating Indonesia dinaikkan, tapi itu cara paling gampang buat menyenangkan kreditur. Kami tawarkan growth strategy. Bahwa kita saat itu posisi minus tiga dalam waktu dua tahun akan kami naikkan di atas tiga yakni enam persen,” terang dia dalam talk show Tokoh Kita yang disiarkan Jak TV, Selasa (12/12).
Kepada bos-bos analis di Amerika Serikat kala itu, Rizal Ramli dan tim kemudian memaparkan cara untuk menerapkan growth strategy tersebut. Pemaparan itu lalu diuji mulai dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore.
“Salah satu yang kami katakan adalah real estate adalah kepala naganya daripada ekonomi. Kalau Real Estate hancur, ekonomi anjlok beberapa kuartal kemudian. Kalau ini bangkit sektor lain akan bangkit,” jelasnya.
Kepada para analis, ekonom senior ini juga menjelaskan akan melakukan restrukturisasi semua aset properti ketika kembali ke Indonesia. Tujuannya, untuk membangkitkan kembali gairah di sektor itu.
“Kita potong bunga yang ketinggian dan kita lakukan. Sehingga saya dianggap penyelamat sektor properti saat itu,” tambah Rizal Ramli.
Kemudian menyetop impor selama dua tahun agar ekonomi masyarakat tidak hancur. Serta menaikkan gaji pegawai negeri agar daya beli meningkat.
“Hasilnya dalam waktu 21 bulan ekonomi naik minus tiga persen sampai hampir 4,5 persen. Dengan utang yang justru berkurang. Kita lakukan langkah-langgkah inovatif dalam pengelolaan utang,” imbuh Rizal Ramli.
Sumber : rmol.co
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar