Industri ponsel kian terhantam otot dollar

imagesJAKARTA. Efek pelemahan rupiah berimbas ke industri telekomunikasi. Mulai dari penyedia infrastruktur, operator hingga pebisnis ponsel.

Salah satu industri yang langsung terasa efek ini adalah pebisnis ponsel. Salah satunya Wiko Mobile Indonesia, produsen ponsel asal Prancis yang mulai menjajakan produknya di tahun ini.

Menurut Janto Djojo, Chief  Marketing Officer Wiko Mobile Indonesia saat mulai berbisnis di Indonesia awal tahun ini, kondisi kurs rupiah masih bertengger di kisaran Rp 12.000 per dollar AS. Kini, sudah jauh melesat hingga tembus Rp 14.000 per dollar AS. “Kondisi ini memang sudah alert,” kata Janto di sela-sela diskusi Booming Smartphone 4G, Kamis (10/9).

Dengan kondisi ini, pilihan Wiko cuma ada dua yaitu mengerek harga jual dan efisiensi bisnis. Wiko Mobile memang sudah mengerek harga jual ponsel Wiko di pasar Indonesia. Kenaikannya pun, ia sebut tidak terlalu besar. “Yah, kalau kenaikannya Rp 10.000 sampai Rp 20.000 per unit, masih wajar lah,” ucapnya.

Namun, bila kondisi kurs terus-menerus lesu, Wiko Mobile bakal mengambil opsi lain selain mengerek kembali harga jual. Yakni mengencangkan ikat pinggang pengeluaran perusahaan. Soalnya, perusahaan ini melihat daya beli masyarakat lagi turun.

Salah satunya adalah belum merekrut karyawan baru terlebih dahulu. “Awalnya memang kami ingin recruitmen besar-besaran, namun terpaksa kami tunda,” jelas dia.

Saat ini, fokus perhatian Wiko adalah ke penjualan langsung produk bukan ke aksi pencitraan yang butuh biaya. Sayang, Janto tidak merinci target bisnis yang dipatok tahun ini.

Sedangkan menurut Alexander Rusli, Presiden Direktur PT Indosat Tbk (ISAT), pihaknya bakal terus berinvestasi meski kondisi rupiah tertekan. Namun, ia ingin investasi yang dibangun operator bisa berbagi dengan industri telekomunikasi penunjang lainnya. Ia menyebut kondisi yang sedang terjadi sekarang sebenarnya tidak menunjukan fundamental ekonomi Indonesia memburuk.

Rustam Effendie, Strategic and Business Development Director Ericsson Indonesia mengakui bila investasi di industri telekomunikasi memang butuh kerjasama antar lini industri. Beruntung, meski Ericsson Indonesia kerap berinvestasi di bisnis ini, komposisi belanja modal dari seluruh biaya perusahaan cuma 6%. Itupun transaksi rupiah.

 

Sumber: KONTAN

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar