JAKARTA – Era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) membuat persaingan pasar buah tropis antar negara kawasan Asia Tenggara semakin ketat.
Suka atau tidak suka, Indonesia sebagai penghasil buah tropis unggulan seperti nenas, manggis, dan pisang harus berhadapan langsung dengan buah asal Thailand, Vietnam, dan Malaysia baik di pasar ekspor maupun pasar local.
Kafi Kurnia, Ketua Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayur Segar Indonesia (Assibisindo) mengatakan, saat ini, volume ekspor buah Indonesia saat ini masih sangat kecil. Ini merupakan imbas dari ketidakseriusan pemerintah mengembangkan potensi buah tropis Indonesia sebagai komoditas unggulan.
“Padahal pasar buah tropis asal Indonesia sangat menarik di pasar ekspor asalkan kualitas dan kontinuitas ekspornya terjamin,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (29/3).
Berdasarkan catatan Kementerian Pertanian (Kemtan) buah tropis Indonesia memiliki peminat cukup besar di Amerika Serikat, Belanda, Spanyol, Jepang, Singapura,dan Timur Tengah.
Sepanjang tahun 2015 lalu buah nenas semisal, menempati urutan pertama dengan nilai ekspor mencapai US$ 232,31 juta. Ini setara volume 193.940 ton. Disusul manggis dengan nilai ekspor US$ 17,09 juta atau setara 38.070 ton. Urutan ketiga adalah pisang yang menghasilakan devisa ekspor US$ 13 juta atau setara 22.300 ton.
Selain tiga komoditas ini, buah tropis Indonesia yang berpotensi dilirik pasar internasional adalah mangga, jeruk, dan durian.
Hanya, sejumlah masalah menghadang Indonesia untuk meningkatkan ekspor buah tropis. Pertama, kualitas buah yang dihasilkan petani masih rendah. Meskipun produksinya melimpah tapi tak menarik untuk pasar ekspor.
Kedua, Indonesia belum memiliki kawasan khusus perkebunan buah tropis. Akibatnya, sebagian besar buah yang diekspor adalah buah dari hasil tanaman di kawasan perumahan atau di kebun petani yang tidak terlalu luas.
Kualitas berubah-ubah
Kafi bilang, jika pemerintah tak juga berbenah mengatasi dua masalah ini, ambisi Indonesia untuk merajai pasar buah tropis dunia justru akan diambil alih oleh Thailand dan Malaysia yang sudah berhasil memecahkan dua masalah yang kini tengah dihadapi Indonesia.
Dia mengambil contoh Thailand kini telah mengembangkan buah tropis asal Indonesia seperti durian dalam skala perkebunan samapai puluhan ribu hectare (ha). “Padahal durian montong yang dikembangkan Thailand di pasar global asal muasalnya dari Indonesia,” ujarnya,
Di tahap awal, Kafi mendesak pemerintah membuat satu kawasan khusus untuk komoditas buah tropis tertentu yang menonjol di pasar ekspor sebagai uji coba. Jika berhasil, maka bisa dilanjutkan ke komoditas lainnya.
Eddy Simon, Sekretaris Assibssindo menambahkan agar bisa memenuhi pasar ekspor, Indonesia harus mengembangkan buah dengan kuantitas dan kualitas yang bagus.
Sebab kelemahan produk Indonesia di pasar global saat ini, kualitas buahnya tak stabil. “Kadang bagus, kadang tidak. Padahal, kualitas buah itu mempengaruhi pasar ekspor,” ujarnya.
Selain itu, minat menanam buah dalam skala besar di sekitar lingkungan masyarakat bagi pengusaha masih rendah karena memiliki risiko kerugian yang besar, terutama akibat pencurian.
Direktur Jenderal Hortikultura Kemtan Spudnik Sujono mengatakan, mulai tahun ini pemerintah akan serius dalam meningkatkan volume dan nilai ekspor buah lewat beragam promosi ke sejumlah negara tujuan ekspor, salah satunya China
Sumber: Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar