
Jakarta – Dokumen milik firma hukum Mossack Fonseca bocor ke publik. Data dari firma kecil tapi berpengaruh di Panama tersebut mengungkapkan dugaan skandal pajak pengusaha, pejabat negara, selebritas, hingga pemain bola kelas dunia.
Mossack Fonseca banyak digunakan jasanya untuk mendirikan perusahaan gelap di wilayah-wilayah surga bebas pajak (tax havens). Meski mendirikan perusahaan yang bebas pajak tak melanggar hukum, kebocoran data milik Mossack Fonseca mengindikasikan hal lain. Mereka cenderung menutupi pemilik asli dan asal uang serta menghindari membayar pajak atas uang tersebut.
Dokumen Mossack Fonseca menunjukkan bagaimana bank, kantor pengacara, dan pelaku dunia usaha kerap tidak mengikuti prosedur hukum yang berlaku untuk memastikan klien mereka tidak terlibat korupsi, pelarian pajak, atau kegiatan kriminal lain. Bahkan, dalam beberapa kasus, ada perantara yang mencoba melindungi diri sendiri dan klien mereka dengan sengaja menyembunyikan transaksi mencurigakan atau memanipulasi catatan.
Dokumen juga memungkinkan publik untuk mengintip bagaimana dunia offshore (perusahaan ‘boneka’ di luar negeri) bekerja. Berikut beberapa penjelasan singkat seputar dunia offshore.
1. Perusahaan terselubung (shell companies)
Perusahaan terselubung adalah sebuah struktur korporasi yang bisa digunakan untuk menyembunyikan kepemilikan aset perusahaan. Sang pemilik biasanya menyewa orang untuk berperan sebagai manajemen perusahaan.
Total ada 214.488 nama perusahaan offshore di dokumen yang bocor ini. Ratusan ribu perusahaan itu terhubung dengan orang-orang dari 200 negara. International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) akan mempublikasikan seluruh nama perusahaan ini pada awal Mei 2016.
2. Pusat keuangan offshore (offshore financial centre)
Pusat keuangan offshore merupakan tempat transaksi keuangan rahasia di luar negeri. Pengusaha menyimpan dana mereka di sini. Biasanya pusat keuangan terletak di negara kepulauan yang kecil. Beberapa nama yang terkenal sebagai pusatnya adalah British Virgin Islands, Macao, Bahama, dan Panama. Di pusat keuangan ini, kerahasiaan nasabah bank dijaga ketat. Transaksi keuangan pun difasilitasi pajak yang rendah hingga bebas pajak.
3. Saham dan obligasi atas nama (bearer shares and bonds)
Saham dan obligasi atas nama merupakan solusi untuk menyembunyikan kepemilikan perusahaan dan cara mudah memindahkan uang dalam jumlah besar dengan mudah.
4. Pencucian uang
Pencucian uang termasuk membersihkan uang “kotor” agar dapat digunakan tanpa memunculkan kecurigaan. Koruptor yang memiliki banyak uang tunai dapat mengirim uangnya ke offshore financial center. Di sana, uangnya dapat diubah ke obligasi atas nama dan dimiliki oleh perusahaan terselubung.
5. Sanksi
Sanksi merupakan salah satu upaya untuk menghukum dan membatasi kekuatan rezim. Sanksinya dapat berupa pembatasan perlengkapan perang atau amunisi, melarang ekspor minyak dan barang lain, hingga sanksi pribadi berupa penutupan akun bank.
Namun semakin berat sanksinya, semakin banyak uang yang digunakan untuk melawannya. Mereka bisa saja membuat akun bank rahasia bagi penjajah dan pembunuh atau menyuplai senjata bagi satu atau bahkan dua sisi yang sedang berperang. Keuntungan yang didapat terhitung sangat besar. Salah satu caranya adalah memastikan pemerintah menutup mata.
6. European Savings Directive (ESD)
Negara-negara di Eropa mendirikan ESD untuk menghentikan upaya oknum untuk menyembunyikan uang dari pajak. Prinsipnya, bank di negara Eropa mengumpulkan pajak terhadap setiap akun yang dimiliki warga negara Eropa tersebut.
Fakta menarik setelah ESD diperkenalkan, terjadi peningkatan pembuatan rekening baru di luar Eropa. Salah satu wilayah yang meningkat permintaannya berada di Panama dan British Virgin Islands.
Laporan lengkap investigasi ini bisa dibaca di https://investigasi.tempo.co/panama/. Adapun infografis lengkap mengenai nama-nama orang terkenal yang tersangkut dokumen ini bisa dilihat di https://panamapapers.icij.org/the_power_players/.
Sumber: tempo.co
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar