Sensus Ekonomi Tak Ada Kaitannya dengan Pajak

Setiap tahun yang berakhir angka 6, Badan Pusat Statistik (BPS) mengadakan sensus ekonomi. Sensus ekonomi yang berlangsung di tahun ini merupakan yang ketiga, dan digelar selama bulan Mei. Di tiap sensus ekonomi, BPS akan mengumpulkan data-data usaha di seluruh sektor, selain pertanian. Usaha yang akan didata mulai skala besar, menengah hingga kecil. Usaha online pun juga akan dicatat oleh petugas BPS.

Sudahkan rumah Anda disambangi petugas Sensus Ekonomi 2016? Kalau sudah, mungkin Anda masih menyimpan pertanyaan tentang maksud dan tujuan sensus yang berlangsung setiap 10 tahun sekali tersebut.

Pertanyaan yang umum muncul dibenak para pengusaha seperti amankah jika saya memberikan keterangan tentang usaha saya? Atau, ada juga yang sempat meragukan keaslian identitas si petugas sensus. Maklumlah, tersiar kabar ada penipu yang berupaya mengaku seagai petugas sensus.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang tujuan dan berbagai detail penyelenggaraan Sensus Ekonomi, Wartawan Tabloid, KONTAN Marshall Sultan dan Adinda A. M. mewawancarai Suryamin, Ketua Badan Pusat Statistik (BPS). Berikut nukilan wawancara tersebut:

KONTAN : Apa data yang ingin direkam BPS dalam sensus ekonomi kali ini?

SURYAMIN : Sensus ini untuk mendapat data populasi usaha yang akan diberikan ke pemerintah. Jadi, kebijakan pemerintah bisa sesuai, bisa mendorong dunia usaha dan memberikan dampak ke ekonomi negara.

KONTAN : Teknis pelaksanaannya seperti apa?

SURYAMIN :  Ada dua, Pertama, pendapatan lengkap yang berlangsung sekarang sampai 31 Mei. Ini  untuk mendapat populasi usaha. Pertanyaan yang diajukan tidak rumit seperti nama perusahaan, alamat, kegiaan utama, apa baran yang dihasilkan, usaha cabang atau tunggal, tenaga kerjanya berapa, biaya yang dikeluarkan dalam satuan watu satu bulan dan setahun, penghasilannya berapa dalam bulan dan tahun. Ini penting untuk melihat skala atau output yang dihasilkan. Karena sekarang era internet, kami juga menanyakan apakah mereka menggunakan internet.

Tahap Kedua digelar tahun 2017. Survei ini akan lebih mendalam. Kalau sekarang dapat berapa puluh juta usaha, nanti diambil sample-nya. Karena kalau menghitung populasi terlalu detail bisa memakan waktu lama karena bisa puluhan juta hasilnya. Ini lebih ke inputnya supaya kita bisa melihat apa permasalahan mereka.

KONTAN : Ada berapa jumlah petugas yang dikerahkan untuk sensus ekonomi ini?

SURYAMIN : Kami mengerahkan hampir 340.000 petugas, yang direkrut dari luar BPS. Kami melakukan rekrutmen yang sangat ketat di setiap ibu kota. Kami seleksi setiap calon. Setelah lulus, kami lakukan pelatihan selama empat hari. Yang diajarkan, seperti bagaimana cara wawancara dan bagaimana cara mengartikan setiap pertanyaan, agar kami bisa mendapatkan data yang akurat.

KONTAN : Hasil dari Sensus Ekonomi ini mejadi data acuan pemerintah?

SURYAMIN : Semua data BPS memang menjadi acuan. Tentu, data usaha yang terjaring dalam Sensus Ekonomi jiga jadi acuan. Ambil contoh, data perdagangan dalam sensus ini, tentu akan menjadi acuan bagi Kementerian Perdagangan.

KONTAN : Setelah pengumpulan populasi dan sample Sensus Ekonomi selesai, apa lagi yang dilakukan BPS terkait data ekonomi?

SURYAMIN : Kami sekarang meng-update struktur. Kami juga menggelar survey rutin bulanan, triwulan dan tahunan untuk menghitung pergerakan ekonomi. Dasarnya, setiap 10 tahun data populasi di-update. Kalau update dilakukan setiap tahun, terlalu makan biaya dan waktu pengolahan datanya lebih lama.

KONTAN : Berapa anggaran untuk sensus ekonomi ini? Untuk apa saja?

SURYAMIN : Anggarannya Rp 2,9 triliun, dan 95% itu terpakai untuk upah pendata.

KONTAN : Apa anggaran sebesar itu memadai? Lalu apakah target waktu penyelesaian bisa terpenuhi?

SURYAMIN : Anggaran ya pasti cukup. Tanggal 31 Mei ini harus selesai. Saya juga selalu sosialisasi ke pemberi data atau responden supaya jangan mempersulit agar membantu kebijakan ekonomi dari pemerintah. Kalau pemerintah tidak punya data ya tidak bisa apa-apa. Sistem pelaporan kami juga sudah real time supaya mutu data meningkat.

KONTAN : Memang banyak kendala dalam pendataan?

SURYAMIN :  Ya untuk meningkatkan mutu survey, data yang diberikan respoden juga harus akurat. Kalau kata Pak Presiden, “Kalau 1.000 ya 1.000, jangan di korting,”

KONTAN : Apa BPS punya strategi khusus untuk mendapat data yang akurat?

SURYAMIN : Gencar sosialisasi dan juga tidak harus petugas lapangan datang dari rumah ke rumah. Untuk kawasan industry, seperti Pulo Gadung, Cikarang, ya tidak bisa petugas datang dari gedung ke gedung. Kami siasati dengan melakukan pendekatan ke pengelola kawasannya, dan koordinasi sampai ke Kepala BPS Provinsi dan Kabupaten.

KONTAN : Beredar di media social tentang kasus penipuan dengan modus menjadi petugas Sensus Ekonomi. Mungkin itu salah satunya yang membuat responden tidak mau melayani petugas BPS.

SURYAMIN : Minggu lalu saya sudah perintahkan jangan sampai ada yang memanfaatkan Jadi kami harus koordinasi dengan Ketua RT supaya jelas. Petugas BPS juga dilengkapi dengan atribut, mulai topi dengan logo Sensus Ekonomi dan BPS, pakai rompi dan tas dengan membawa kuesioner yang digunakan untuk wawancara.

Wawancara dua kali, dan dalam waktu yang sama. Pertama, jumlah orang yang tinggal di rumah. Lalu, ditanyakan satu-satu mulai kepala keluarga, apakah punya usaha. Begitu istrinya dan anaknya. Supaya kita bisa mendapatkan populasi sebenarnya.

KONTAN : Kenapa bisnis online jadi masuk?

SURYAMIN : Pada dasarnya bisnis online adalah kegiatan ekonomi. Dan kami mendata tidak hanya kegiatan yang mendapat untung. Bahkan, kegiatan non-profit juga kami data, seperti sekolah atau koperasi.

KONTAN : Bagaimana mekanisme pengumpulan data untuk online shop?

SURYAMIN : Ditanyakan langsung saat wawancara. Apa jenis usaha online, apakah ada pekerja, pendapatan dalam sebulan berapa.

KONTAN : Bagaimana perbandingan Sensus Ekonomi tahun ini dengan dua sensus ekonomi terdahulu?

SURYAMIN : Pada tahun 2006 kami mendapatkan 22,6 juta usaha secara keseluruhan. Kalau sekarang, saya prediksi angkanya jauh dari itu. Tahun 1996 saja ada 16 juta usaha. Kalau diasumsikan perubahannya sama, coba berapa? Misal, hasil sensus pertanian di tahun 2013 kita punya rumah tangga tani 26 juta. Jika ditambah dengan angka itu, 56 juta usaha yang harus dibina dan diberi bantuan, infrastruktur, perizinan dan lainnya. Makanya ini sangat penting. Sepuluh tahun lalu kan belum ada online shop, Gojek, Traveloka dan lain-lain. Sekarang sudah menjamur. Itu kan juga lapangan kerja.

KONTAN :  Ada yag cemas data Sensus Ekonomi lantas dipakai oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk mencari wajib pajak baru.

SURYAMIN : Sensus yang dilakukan BPS tidak ada kaintannya dengan pajak. Jadi, pelaku usaha yang jadi responden tidak usah takut dan khawatir emberikan data ke petugas BPS. Selain tidak ada sangkut pautnya dengan pajak, tidak ada pungutan apapun. Kalau ada pungutan liar dan laporkan saja, biar kami langsung hentikan. Ketiga, kerahasiaan data sensus dijamin Undang-Undang untuk tidak diekspos.

KONTAN : Lalu apa hasil Sensus Ekonomi akan disajikan BPS?

SURYAMIN : Hanya jumlah saja dalam satu wilayah. Angka agregat. Setiap wilayah ada berapa usaha, ada industry apa saja. Lalu, berapa penyerapan tenaga kerja dan sebagainya. Jadi responden tidak perlu khawatir.

KONTAN : Tapi DJP bisa dong meminta data dari BPS?

SURYAMIN : Kalau angka total ya boleh saja. Sisanya, ya dia harus kembangkan sendiri. Contohnya, ada berapa total perusahaan di Indonesia. Sudah itu saja Tidak dijelaskan tentang individunya. Tenang saja.

KONTAN : Hingga kini (Rabu 11/5), bagaimana pelaksanaan Sensus Ekonomi?

SURYAMIN : Kalau dihitung kan sudah 11 hari. Persentase pengumpulan data memang tidak ketahuan karena datanya bergerak terus setiap menit. Era digital kan bisa real time. Semua jalan terus. Mendata satu usaha itu tidak sampai 15 menit. Apalagi, rumah tangga yang tidak ada usahanya.

KONTAN : Setelah 31 Mei, data itu diapakan?

SURYAMIN :  Ada dua target. Pertama kami akan olah datanya. Ini memang bergantung pada data yang diberikan responden. Kai mengolahnya dengan scan agar cepat. Nanti saat Presiden menyampikan pidato kenegaraan pada 16 Agustus, sudah ketahuan total usaha di Indonesia. Tapi rincian hasil Sensus baru kami buka di akhir 2016.

KONTAN : Memang seperti apa metodenya?

SURYAMIN : Ini pendataan lengkap, tidak memerlukan lagi sample, dari rumah ke rumah secara langsung. Tidak aka nada sampling error. Yang ada non-sampling error. Itu kalau data tidak masuk sampai tanggal 31, misal karena orangnya tidak bisa ditemui. Jadi datanya under coverage atau tidak terjangkau. Bisa juga, datanya dimanipulasi responden. Misal, pendapatan dikecilkan. Atau, petugasnya salah menginterpretasi. Ini namanya under-report. Berbeda dengan sample­, yang hanya diambil sebagian, populasi itu tidak boleh ada yang terlewat. Harus semua.

Mengambil data di rumah tangga juga lebih mudah karena tidak ada batasan jam kerja. Kalau perusahaan kan, ada jam kerja. Itu yang membuat saya agak kahawatir. Kadang ada proses yang berbelit. Petugas sensus kadang harus menunggu dulu di pos satpam.

 

Sumber: Tabloid Kontan

http://www.pemeriksaanpajak.com

pajak@pemeriksaanpajak.com



Kategori:Berita Pajak

Tag:, , , , , , , , ,

Tinggalkan komentar