JAKARTA. Menteri Perdagangan yang baru, Engartiasto Lukita memiliki pekerjaan rumah berat untuk memperbaiki kinerja ekspor nasional. Pasalnya, kinerja ekspor nasional sejak beberapa tahun terakhir dalam tren melemah.
Bila menilik data Badan Pusat Statistik Nasional (BPS) pada Juni 2016, nilai ekspor tercatat US$ 12,92 miliar, turun 4,36% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 13,51 miliar. Sepanjang paruh pertama tahun ini, total ekspor nasional hanya US$ 69,50 miliar atau turun 11,37% dari semester I-2015 yang sebesar US$ 78,42 miliar.
Pengamat Perdagangan Universitas Padjajaran Ina Primiana mengungkapkan, di luar faktor permintaan global yang belum sepenuhnya pulih, pemicu jebloknya kinerja ekspor nasioanl antara lain soal daya saing yang masih lemah.
Menurutnya, Indonesia saat ini memiliki masalah dari sisi input karena mayoritas bahan baku produksi masih berasal dari impor. Dengan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) yang masih cukup kuat terhadap rupiah, maka harga impor menjadi mahal.
Alhasil, harga produk asal Indonesia juga menjadi lebih mahal dari pada produk asal negara lain. Masih tingginya biaya logistik juga membuat Indonesia tak bisa bersaing dengan negara lain.
Guna mempebaiki kinerja ekspor nasional, kata Ina, pemerintah perlu memperbaiki infrastruktur dan struktur industry nasional. “Meski Indonesia punya sektor unggulan yang tidak dimiliki kompetitor di luar negeri, infrastruktur menjadi hal wajib bila ingin produk Indonesia bisa bersaing di luar negeri,” ujar Ina, Senin (1/8).
Memperbaiki struktur industri dan infrastruktur nasional pastinya membutuhkan waktu lama. Karenanya, Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menambahkan, dalam jangka pendek promosi dagang juga patut menjadi perhatian untuk memperbaiki kinerja ekspor. “ Sembari proses negosiasi perjanjian perdagangan berjalan, proses promosi tetap dilakukan,” ujar Ade, Senin (1/8).
Ade menambahkan, dengan berhasilnya negosiasi perjanjian perdagangan yang dilakukan, maka kepercayaan investor membaik. Alhasil investasi akan masuk dan Indonesia menjadi sumber produksi.
Adhi S Lukman, Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) bilang, penetrasi pasar untuk tujuan ekspor juga masih lemah. Pemerintah dinilai masih kurang berani untuk menembus pasar baru.
Penulis : Handoyo, Hasyim Ashari
Sumber : Kontan
http://www.pemeriksaanpajak.com
\pajak@pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak
Tinggalkan komentar