Jakarta. Kebijakan impor daging kerbau dari India terus menuai kontroversi. Setelah diprotes peternak sapi dan pedagang daging di tanah air, kini muncul anggapan soal harga kerbau yang dijual Perum Bulog seharga Rp 65.000 per kilogram (kg) ini terlalu mahal.
Asal tahu saja, dari hasil studi banding Bulog ke Malaysia, ternyata harga daging kerbau asal India yang dijual di sana lebih murah. Harga eceran daging kerbau India di negeri Jiran ini hanya RM 16,5 atau setara dengan Rp 52.800 per kg. artinya, ada selisih sekitar Rp 12.200 per kg.
Bahkan, jika lebih dirinci lagi, seharusnya Bulog bisa menjual lebih murah dari harga di Malaysia ini. Sebab, Malaysia membeli daging kerbau ini dengan harga US$ 3,55 per kg, sedangkan Indonesia hanya US$ 3,5 per kg. dengan kurs Rp 13.200 per dollar AS, artinya harga daging kerbau India hanya Rp 46.200 per kg dan selisihnya menjadi Rp 18.800 per kg.
Sontak, hal ini menimbulkan pertanyaan soal alasan Bulog yang menjual lebih mahal dan menimbulkan kesan Bulog mengutip keuntungan besar dari impor daging kerbau ini mengingat Bulog adalah importir tunggal untuk daging kerbau India ini.
Direktur pengadaan Perum Bulog Wahyu mengakui bahwa harga beli Indonesia untuk daging kerbau India ini lebih murah dari Malaysia. Namun, ia berdalih bahwa harga beli ini belum termasuk biaya lainnya. “Harga US$ 3,5 sudah termasuk ongkos angkut sampai di Pelabuhan Tanjung Priok dan termasuk asuransi,” ujar Wahyu kepada KONTAN, Kamis (6/10).
Namun, Wahyu bilang sampai di pelabuhan, daging kerbau impor asal India tersebut dikenakan bea masuk (BM) sebesar 5%, kemudian pajak penghasilan (PPh) 2,5%, biaya karantina Rp 125 per kg, biaya handling di pelabuhan sampai masuk ke gudang (cold storage) yang mencapai Rp 1.500 per kg.
Tak hanya itu, Bulog juga harus bayar biaya sewa cold storage sebesar Rp 2.500 per kg. “Sementara di Malaysia, impor daging kerbau tidak dikenakan pajak BM dan PPh. Mereka hanya dikenakan biaya karantina,” tutur Wahyu.
Margin Rp 800 per kg
Wahyu menyebut jika Bulog menjual daging kerbau ini secara grosir, harganya akan terdiskon menjadi hanya Rp 56.000 per kg dan harga serupa di Malaysia sekitar RM 14,5 atau setara Rp 46.000 per kg. sehingga, selisihnya menipis menjadi Rp 10.000 per kg.
Namun, Wahyu membantah jika Bulog disebut untung besar dari impor ini. Dia mengklaim, keuntungan bersih yang dikantongi Bulog dari impor daging kerbau India ini hanya Rp 800 per kg. dengan penugasan impor tahap awal sebesar 10.000 ton, berarti Bulog hanya mengempit untung Rp 8 miliar.
Jumlah keuntungan ini bakal meningkat mengingat Bulog juga ditugaskan mengimpor daging kerbau India tahap kedua sebesar 70.000 ton hingga akhir tahun sehingga estimasi keuntungan Bulog hanya Rp 56 miliar.
Thomas Sembiring, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) mengatakan, seharusnya pemerintah membuka keran impor daging kerbau dari India untuk swasta. Menurutnya, jika swasta diizinkan untuk ikut impor daging sapi asal India, maka harga bisa lebih rendah dari yang dikeluhkan saat ini.
Menurutnya, selama ini swasta membeli daging sapi dari Bulog yang sudah mengantongi keuntungan dan swasta pun menjual untuk mendapatkan keuntungan lagi sehingga harganya menjadi lebih tinggi di pasaran. “Padahal, saya yakin kalau impor diserahkan ke swasta, harga daging kerbau India di pasar eceran pasti bisa ditekan di bawah Rp 65.000 per kg,” ujar Thomas.
Penulis: Noverius Laoli
Sumber: KONTAN
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Pajak

Tinggalkan komentar