JAKARTA. Rencana penerapan pelumas wajib bersertifikad Standar Nasional Indonesia (SNI) mulai Juni 2017, di perkirakan tak berpengaruh banyak bagi industri dalam negeri. Maklum, yang menjadi pemicu seretnya industri pelumas adalah berlebihnya kapasitas produksi.
Menurut data Perhimpunan Distributor Importir dan Produsen Pelumas Indonesia (Perdippi), kapasitas produksi pelumas nasional mencapai 1,8 juta kiloliter (kl) per tahun. Sementara konsumsi dalam negeri hanya antara 800.000 juta kl-1 juta kl.
Industri manufaktur adalah penyerap terbesar pelumas hingga 60%. Pada kenyataannya, sektor tersebut sedang loyo.
Setali tiga uang, industri otomotif sebagai penyerap 40% sisa konsumsi pelumas nasional, juga tak bisa diharapkan. “Apalagi saat ini teknologi kendaraan semakin tinggi dan juga tingkat ketahanan pelumas semakin lama menjadi penggantian oli disektor otomotif semakin lama,” kata Paul Toal, Ketua Perdippi saat dihubungi KONTAN, Jumat (20/1) pekan lalu.
Kondisi pasar yang tak menguntungkan itu memicu penyusutan jumlah anggota Perdippi, Jumlah angota semula 25 perusahaan, kini menyusut menjadi 10-12 produsen pelumas.
Dus, Perdippi tak mencanangkan target muluk-muluk. Paul, yang juga menjabat sebagai presiden direktur PT Topindo Atlas Asia mengatakan, target permintaan pelumas tahun ini paling bertumbuh 5%.
Pertamina Lubricants akan mendaftarkan SNI untuk 200 varian produk
Pada kesempatan berbeda, Teddy Caster Sianturi, Direktur Industri Kimia Hilir Kementrian Perindustrian (Kemprin) mengatakan, pemerintah masih menganalisis dampak penerapan aturan wajib SNI bagi industri. “Harapan kami berlaku sesuai jadwal, kecuali hasil kajian rekomendasinya lain,”ujar Teddy
Kemprin berharap, penerapan wajib SNI bertujuan untuk menekan maraknya oli oplosan dan oli impor palsu, Pada tahap awal, beleid berlaku untuk pelumas otomotif.
Sementara PT Pertamina Lubricants tak gentar dengan rencana penerapan wajib SNI. Anak usaha PT Pertamina (Persero) itu sudah memiliki 17 produk yang menyandang lebel SNI. Nah, mereka berencana mendaftarkan 200 varian produk lain agar mendapatkan lebel SNI.
Tahun lalu, volume produksi Pertamina Lubricants mencapai 400.000 kl. Realisasi produk tersebut setara 70,18% terhadap total kapsitas produksi terpasang sebanyak 570.000 kl setahun. “ sebab sedang ada penggantian mesin pabrik yang nantinya bisa meningkatkan kapasitas kami juga,” beber Intania Prionggo, Humas PT Pertamina Lubricants.
Catatan KONTAN, Pertamina menargetkan peryumbuhan Penjualan pelumas 5% tahun ini. Perusahaan ini membidik aneka industri, mulai dari perkapalan, pertambangan, tekstil hingga otomotif roda empat . sementara pusat produksi pelumas mereka tersebar di Jakarta, Cilacap Jawa Tengah dan Gresik Jawa Timur.
Sumber: Kontan, Selasa, 24 Januari 2017
http://www.pemeriksaanpajak.com
Kategori:Berita Ekonomi

Tinggalkan komentar